- Mastercard nilai GENIUS Act sebagai momen penting untuk dorong adopsi stablecoin secara institusional.
- GENIUS Act beri kejelasan hukum agar perusahaan besar bisa terbitkan stablecoin berbasis dolar.
Bukan cuma para pelaku industri kripto yang menyambut hangat pengesahan GENIUS Act oleh pemerintah Amerika Serikat. Mastercard pun langsung angkat bicara . Lewat pernyataan dari Kepala Kebijakan Globalnya, Jesse McWaters, Mastercard menyebut regulasi ini sebagai “titik balik” dalam adopsi stablecoin secara global.
Menurutnya, inilah saatnya stablecoin bisa masuk ke sistem keuangan arus utama tanpa lagi dihantui ketidakpastian hukum yang selama ini bikin banyak pihak ragu melangkah.
Mastercard Soroti Peluang Baru bagi Lembaga Keuangan
McWaters menyoroti bagaimana regulasi ini membuka jalan bagi institusi resmi—yang memang diawasi otoritas keuangan—untuk menerbitkan stablecoin berbasis dolar AS. Hal ini tentu jauh berbeda dari masa sebelumnya, di mana pemain utama justru lebih banyak datang dari sektor kripto murni, bukan dari bank atau perusahaan besar.
Dan sekarang? Nama-nama seperti JPMorgan, Citi, Bank of America, bahkan raksasa teknologi seperti Amazon dan Apple disebut-sebut sedang menyiapkan stablecoin mereka sendiri.
Lebih lanjut lagi, Mastercard sendiri mengaku sudah lama bersiap. Bukan sekadar slogan, kesiapan itu bisa dilihat dari berbagai langkah konkret yang mereka ambil. Januari lalu, misalnya, Mastercard meluncurkan fitur Crypto Credential di Uni Emirat Arab dan Kazakhstan. Fungsinya? Menyederhanakan pengiriman dan penerimaan aset digital.
Pengguna bisa mengirim kripto hanya dengan nama pendek yang mudah diingat, bukan deretan alamat blockchain yang bikin pusing. Solusi ini juga dilengkapi sistem verifikasi otomatis antara dompet, jadi nggak perlu takut salah kirim ke alamat yang nggak kompatibel.
Jalan Menuju Adopsi yang Lebih Nyata
Di sisi lain, langkah Mastercard bukan cuma berhenti pada soal pengiriman aset. CNF juga mencatat bahwa awal Juli lalu, Bitget Wallet merilis kartu kripto digital tanpa biaya yang langsung terhubung ke Apple Pay dan Google Pay.
Menariknya, kartu ini berjalan di jaringan Mastercard. Artinya, pengguna bisa bayar pakai kripto secara real-time di lebih dari 150 juta merchant di seluruh dunia—tanpa harus repot konversi dulu ke mata uang fiat. Ini jelas bukti bahwa koneksi antara sistem pembayaran global dan kripto semakin solid.
Kalau kita pikir-pikir, bukankah ini seperti melihat masa depan yang pelan-pelan jadi kenyataan? Dulu stablecoin cuma dikenal di kalangan trader, sekarang malah dilirik institusi keuangan kelas berat.
Dan dengan aturan seketat GENIUS Act—yang mewajibkan cadangan penuh, audit transparan, dan larangan pemberian bunga—maka model stablecoin yang terbangun pun makin mendekati sistem keuangan tradisional, tapi tanpa kekakuan bank-bank lama.
Namun demikian, tetap ada suara kritis. Beberapa kelompok konsumen mempertanyakan soal perlindungan pengguna. Tanpa asuransi simpanan seperti yang ditawarkan bank, stablecoin dinilai rawan dalam skenario darurat. Kekhawatiran lain juga muncul soal dominasi pasar oleh pemain besar. Kalau semua perusahaan raksasa punya stablecoin sendiri, apakah pemain kecil masih punya ruang gerak?