Pilar Rapuh Dominasi Dolar: Strategi Trump terhadap Fed dan Risiko Campur Tangan Politik
- Dorongan agresif Trump untuk mengendalikan Fed berisiko merusak independensinya, mengancam kebijakan moneter AS dan kredibilitas dolar. - Reaksi pasar menunjukkan pelemahan dolar (penurunan DXY 9%), kenaikan harga emas, dan imbal hasil Treasury 4,9%, menandakan kekhawatiran inflasi dan ketidakstabilan kebijakan. - Pangsa dolar sebagai cadangan global turun menjadi 58% pada tahun 2025 karena bank sentral melakukan diversifikasi ke emas, yuan, dan mata uang regional, menandakan perubahan struktural. - Investor disarankan untuk melakukan lindung nilai melalui emas, TIPS, dan pasar negara berkembang.
Kekuasaan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia selalu bergantung pada keseimbangan yang rapuh antara kepercayaan, stabilitas, dan kredibilitas institusional. Namun, keseimbangan itu kini sedang terancam. Dorongan agresif Presiden Donald Trump untuk mengendalikan Federal Reserve—terutama upayanya untuk memberhentikan Gubernur Lisa Cook—telah memicu badai ketidakpastian hukum, politik, dan ekonomi. Ini bukan hanya soal individu; ini menyangkut fondasi utama kebijakan moneter AS dan posisi global dolar.
Independensi The Fed dalam Bahaya
Federal Reserve dirancang untuk beroperasi tanpa tekanan politik, sebuah prinsip yang diabadikan dalam piagam tahun 1913. Namun, tindakan Trump baru-baru ini—memecat Cook atas dugaan penipuan hipotek (klaim yang ia bantah) dan mengancam akan mengganti Ketua The Fed Jerome Powell—mengancam untuk mengikis independensi tersebut. Tantangan hukum Cook terhadap pemecatannya menjadi kasus uji yang sangat penting. Jika Trump berhasil, ini akan menciptakan preseden berbahaya: presiden di masa depan dapat memperlakukan The Fed sebagai alat politik, membentuk kebijakan moneter demi agenda jangka pendek.
Dampaknya sangat serius. The Fed yang dipolitisasi berisiko memprioritaskan tujuan partisan—seperti memangkas suku bunga untuk meningkatkan pertumbuhan sebelum pemilu—daripada keputusan berbasis data. Lael Brainard, mantan wakil ketua The Fed, memperingatkan bahwa campur tangan semacam itu dapat “merusak kemampuan The Fed untuk bertindak sebagai penengah inflasi dan stabilitas ekonomi yang tidak memihak.” David Wessel dari Brookings Institution juga menegaskan hal ini, menyebut tindakan Trump sebagai “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap otonomi The Fed.”
Risiko Inflasi dan Reaksi Pasar
Pasar sudah bereaksi. U.S. Dollar Index (DXY) telah turun hampir 9% sejak Januari 2025, menandakan hilangnya kepercayaan. Emas, sebagai aset safe haven tradisional, melonjak 8% secara mingguan, karena investor melakukan lindung nilai terhadap devaluasi mata uang. Sementara itu, imbal hasil Treasury 30 tahun mencapai 4,9% pada Agustus 2025, mencerminkan kekhawatiran terhadap inflasi dan ketidakstabilan kebijakan.
Upaya Trump untuk menurunkan suku bunga bisa menjadi bumerang. Jika The Fed menyerah pada tekanan politik, inflasi bisa melonjak, memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara agresif di kemudian hari—sebuah siklus volatil yang merugikan penabung dan investor. FEDS Note 2025 menekankan bahwa independensi bank sentral adalah faktor kunci dalam pengendalian inflasi. Tanpanya, AS berisiko mengikuti jejak negara-negara seperti Argentina dan Turki, di mana campur tangan politik menyebabkan hiperinflasi dan kehancuran mata uang.
Penurunan Dolar: Pergeseran Struktural
Porsi dolar dalam cadangan devisa global telah turun dari 72% di awal 2000-an menjadi 58% pada 2025. Bank sentral di Asia dan Timur Tengah semakin mendiversifikasi ke emas, yuan, dan mata uang regional. Misalnya, Arab Saudi dan Rusia telah mengeksplorasi kontrak minyak berdenominasi yuan, sementara India dan Turki meningkatkan cadangan emas. Ini bukan sekadar pergeseran siklus—ini adalah penyesuaian struktural.
Investor juga melakukan penyesuaian ulang. Kepemilikan asing atas Treasury AS turun dari 50% pada 2008 menjadi 30% pada 2025. Euro, yen, dan franc Swiss semakin diminati sebagai alternatif, sementara cryptocurrency seperti Bitcoin mengalami sedikit peningkatan adopsi institusional. Dominasi dolar dalam penagihan perdagangan (54% ekspor global) dan transaksi lintas batas (88% volume FX) masih kuat, tetapi perannya dalam cadangan bank sentral sedang terancam.
Saran Investasi: Lindungi Diri dari Ketidakpastian
Bagi investor, pesannya jelas: beradaptasilah atau tertinggal. Berikut cara memposisikan portofolio Anda:
- Diversifikasi ke Aset Non-Dolar: Alokasikan ke emas (melalui ETF seperti GLD) dan Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS) untuk lindung nilai terhadap inflasi dan risiko mata uang.
- Manfaatkan Pasar Berkembang: Negara-negara seperti India dan Brasil, dengan kebijakan fiskal yang kuat dan pengaruh regional yang berkembang, menawarkan peluang pertumbuhan tinggi.
- Lindungi Risiko Mata Uang: Gunakan kontrak forward atau ETF untuk melindungi dari depresiasi dolar. Mata uang safe haven seperti euro dan yen juga patut dipertimbangkan.
- Pantau Pertarungan Hukum The Fed: Putusan yang menguntungkan Lisa Cook akan memperkuat kredibilitas The Fed. Kekalahan dapat mempercepat pelarian modal dan pelemahan dolar.
Kesimpulan
Dominasi dolar AS tidak dijamin—itu diperoleh melalui integritas institusional dan disiplin fiskal. Manuver Trump untuk mengendalikan The Fed berisiko merusak keduanya. Meskipun dolar tetap menjadi mata uang yang tangguh, masa depannya bergantung pada kemampuan The Fed untuk menolak tekanan politik dan mempertahankan independensinya. Bagi investor, inti pesannya sederhana: kemampuan beradaptasi dan pandangan ke depan akan sangat penting di dunia di mana dominasi dolar tidak lagi pasti.
Tetaplah terinformasi, lakukan diversifikasi, dan jangan biarkan kerentanan The Fed membutakan Anda terhadap perubahan arus keuangan global.
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Jika MicroStrategy ambruk: Apakah penjualan Bitcoin senilai 70 miliar dolar oleh Saylor akan memicu ledakan pasar?

BlackRock Memicu Reli Ethereum: Aliran Dana $455 Juta Mendorong ETF Ethereum Melonjak
Perusahaan manajemen aset terbesar di dunia, BlackRock, baru-baru ini memimpin arus masuk dana ke ETF Ethereum, dengan suntikan harian sebesar 455 juta dolar AS, mendorong total arus masuk melampaui 13 miliar dolar AS. iShares Ethereum Trust (ETHA) yang dikelolanya memiliki nilai aset hingga 16,5 miliar dolar AS dan memegang 3,775 juta ETH. Didukung oleh dana institusi, harga ETH naik 4,5% dalam sehari, menembus 4.600 dolar AS. Kecepatan arus masuk dana ke ETF Ethereum kini telah melampaui ETF Bitcoin, menunjukkan permintaan pasar yang kuat terhadap Ethereum.

Berburu di Tengah Kontradiksi: Mengucapkan Selamat Tinggal pada Narasi, Merangkul Volatilitas

Penjelasan Lengkap tentang Pembaruan AAVE V4: Membentuk Ulang Pinjaman dengan Modularitas, Bisakah Token Lama Mendapatkan Kehidupan Baru?
Pembaruan V4 kali ini mungkin dapat membantu kita melihat dengan jelas daya saing kuatnya di bidang DeFi di masa depan, serta akar dari volume bisnisnya yang terus meningkat.

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








