Crypto Mendapatkan Pembaruan "Circulating Supply"—Seperti Saham, Tapi Lebih Baik
- Artemis dan Pantera mengusulkan kerangka "Circulating Supply" untuk menstandarisasi penilaian kripto dengan mengecualikan token yang tidak dapat diperdagangkan dari perhitungan suplai. - Metode saat ini seperti FDV menyesatkan investor dengan mengasumsikan semua token dapat diperdagangkan, berbeda dengan penilaian saham tradisional yang didasarkan pada saham beredar. - "Smart Circulating Supply" semakin menyempurnakan metrik dengan mengecualikan token yang terkunci, sehingga memungkinkan penilaian risiko dan analisis likuiditas yang lebih jelas. - Perbedaan dalam penilaian token (misalnya, token HYPE milik Hyperliquid) menyoroti...
Penilaian token di ranah cryptocurrency telah lama diwarnai oleh inkonsistensi dan ambiguitas, di mana token yang sama sering kali menampilkan metrik suplai yang sangat berbeda di berbagai platform data. Hal ini menyebabkan perhitungan kapitalisasi pasar yang terdistorsi dan keputusan investasi yang salah informasi. Sebagai respons, Artemis, bekerja sama dengan Pantera Capital, telah mengusulkan sebuah kerangka kerja yang dikenal sebagai “Circulating Supply,” yang terinspirasi oleh konsep “circulating shares” di pasar saham tradisional. Model ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan yang lebih transparan dan terstandarisasi dalam menilai aset kripto dengan mengecualikan token yang tidak beredar—seperti yang dimiliki oleh yayasan protokol, laboratorium, atau kontrak distribusi yang terkunci—dari perhitungan total suplai [1]. Tujuannya adalah untuk memungkinkan investor membandingkan aset kripto dengan ekuitas tradisional secara lebih efektif, menyelaraskan kerangka penilaian kripto lebih dekat dengan standar keuangan institusional.
Permasalahan dengan metrik suplai token saat ini sangat kompleks. Metrik yang ada seperti FDV (Fully Diluted Valuation), yang menghitung nilai token sebagai total suplai dikalikan harga, sering kali menyesatkan, mirip dengan menilai saham berdasarkan authorized shares daripada outstanding shares. Sebagai contoh, FDV dapat melebih-lebihkan valuasi suatu token dengan mengasumsikan semua token dapat diperdagangkan, sehingga menghasilkan estimasi yang berlebihan. Sebaliknya, metrik “Circulating Supply” yang diusulkan—dihitung sebagai total suplai dikurangi kepemilikan protokol—lebih akurat mencerminkan realitas ekonomi dengan mengecualikan token yang tidak bebas diperdagangkan. Metrik ini analog dengan konsep “outstanding shares” pada ekuitas, dan menawarkan representasi yang lebih jelas tentang kepemilikan sebenarnya, likuiditas, dan nilai pasar [1].
Lebih lanjut memperhalus konsep ini, Artemis memperkenalkan metrik sekunder yang dikenal sebagai “Smart Circulating Supply,” yang tidak hanya mengecualikan token yang dimiliki protokol tetapi juga token yang terkunci atau tidak likuid, sehingga dapat dibandingkan dengan “float shares” pada saham tradisional. Pendekatan dua tingkat ini—Circulating Supply dan Smart Circulating Supply—meningkatkan transparansi dengan secara jelas membedakan antara token yang sudah ada tetapi belum tersedia untuk diperdagangkan dan yang benar-benar beredar di pasar. Pembedaan ini sangat penting untuk penilaian risiko, karena memungkinkan investor mengantisipasi potensi guncangan suplai, seperti pelepasan besar-besaran token atau alokasi yang tidak lagi terkunci [1].
Kebutuhan akan standar baru ini ditekankan oleh kekacauan data penilaian token saat ini. Platform yang berbeda sering kali melaporkan angka yang sangat berbeda untuk token yang sama, menyebabkan perbedaan valuasi yang dapat mencapai miliaran dolar. Sebagai contoh, token HYPE dari Hyperliquid telah menunjukkan variasi signifikan dalam estimasi circulating supply di berbagai platform seperti DefiLlama dan CoinGecko. Perbedaan ini muncul karena beberapa platform memasukkan token yang terkunci atau belum diterbitkan, sementara yang lain tidak. Kurangnya standar yang seragam mempersulit perbandingan antar proyek dan merusak kepercayaan investor. Dengan memperkenalkan kerangka kerja yang terstandarisasi, Artemis bertujuan menghilangkan ambiguitas ini dan menyediakan tolok ukur yang andal bagi investor institusional [1].
Kerangka kerja yang diusulkan juga mengatasi masalah risiko suplai, yang merupakan perhatian utama bagi investor. Ketika sebuah proyek memegang sejumlah besar token di treasury sendiri atau kontrak yang terkunci, token-token ini dapat dilepas kapan saja, berpotensi membanjiri pasar dan menekan harga. Dengan mengecualikan token semacam itu dari metrik penilaian, investor mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang suplai beredar dan likuiditas token. Hal ini sangat penting di pasar di mana likuiditas dapat berubah dengan cepat, dan pelepasan token secara tiba-tiba dapat berdampak signifikan pada dinamika harga [1].
Selain meningkatkan akurasi penilaian, kerangka kerja ini dapat berfungsi sebagai infrastruktur penting untuk masuknya modal institusional ke ranah kripto. Investor institusional biasanya membutuhkan tingkat transparansi dan standarisasi yang tinggi untuk membuat keputusan yang tepat. Adopsi metrik penilaian yang seragam tidak hanya akan membuat aset kripto lebih dapat dibandingkan dengan instrumen keuangan tradisional, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan dan kredibilitas di pasar yang lebih luas. Seiring industri terus berkembang dan menarik minat institusional yang lebih besar, penetapan metrik penilaian terstandarisasi seperti Circulating Supply dan Smart Circulating Supply akan menjadi semakin penting untuk pertumbuhan dan stabilitas jangka panjang [1].

Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Transak dan MetaMask Bekerja Sama untuk Menawarkan Onramping Stablecoin 1:1 dan IBAN Bernama

Pembaruan MainNet Neo X Memungkinkan Perlindungan Anti-MEV

Native Markets Menjadi Penerbit Stablecoin USDH dari Hyperliquid

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








