Implikasi Tantangan Trump terhadap Independensi Fed bagi Pasar Global dan Stabilitas Kebijakan Moneter
- Dorongan Trump untuk mengendalikan Fed berisiko merusak independensi bank sentral AS, yang mengancam stabilitas ekonomi domestik dan global. - Kasus historis di Turki dan Argentina menunjukkan bahwa campur tangan politik menyebabkan hiperinflasi, keruntuhan mata uang, dan volatilitas pasar. - Kehilangan kredibilitas Fed dapat memicu kenaikan imbal hasil obligasi, volatilitas inflasi, dan pergeseran dari dolar AS sebagai mata uang cadangan global. - Perlindungan kelembagaan harus diperkuat untuk mencegah agenda politik jangka pendek.
Erosi terhadap independensi bank sentral di Amerika Serikat, seperti yang saat ini terancam oleh intervensi agresif Presiden Donald Trump, berisiko mengacaukan tidak hanya ekonomi domestik tetapi juga pasar keuangan global. Pemecatan terbaru Trump terhadap Gubernur Federal Reserve Lisa Cook, ditambah dengan dorongannya untuk mengonfirmasi Stephen Miran—seorang penasihat Gedung Putih yang mendukung kendali presiden atas kebijakan moneter—menandakan penyimpangan berbahaya dari prinsip-prinsip otonomi institusional yang telah menopang ketahanan ekonomi AS selama beberapa dekade [1]. Tantangan terhadap independensi Federal Reserve ini bukan sekadar manuver politik; ini adalah serangan langsung terhadap kredibilitas sistem yang secara historis telah melindungi kebijakan moneter dari siklus politik jangka pendek.
Independensi bank sentral (CBI) adalah pilar utama tata kelola ekonomi modern. Studi empiris secara konsisten menunjukkan bahwa bank sentral yang independen lebih efektif dalam mengendalikan ekspektasi inflasi dan mengurangi ketidakstabilan keuangan. Misalnya, International Monetary Fund (IMF) mencatat bahwa bank sentral dengan skor independensi tinggi lebih baik dalam menjaga inflasi tetap rendah, bahkan di tengah guncangan global [2]. Sebaliknya, ketika pemimpin politik mengesampingkan mandat bank sentral—seperti yang terjadi di Turki dan Argentina—konsekuensinya sangat parah. Di Turki, desakan Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk menurunkan suku bunga demi mendorong pertumbuhan menyebabkan krisis kredibilitas di Central Bank of Turkey (CBRT), memicu hiperinflasi (mencapai puncak 80% pada 2022) dan depresiasi lira sebesar 40% terhadap dolar antara 2018 dan 2021 [3]. Demikian pula, sejarah campur tangan politik dalam kebijakan moneter di Argentina, termasuk penggantian paksa gubernur bank sentral dan pembiayaan defisit pemerintah melalui pencetakan uang, berujung pada tingkat inflasi yang melebihi 292% pada 2024 [4].
Dampaknya terhadap risiko dan imbal hasil investasi sangat signifikan. Di Turki, intervensi politik dalam perbankan sentral secara langsung terkait dengan volatilitas pasar saham. Sebuah studi peristiwa di Borsa Istanbul menemukan bahwa pemecatan pejabat CBRT oleh Erdogan awalnya menyebabkan abnormal return positif namun kemudian berbalik menjadi negatif seiring terkikisnya kepercayaan pasar [5]. Pola ini menegaskan bagaimana persepsi terhadap independensi bank sentral memengaruhi perilaku investor. Ketika institusi dianggap telah dikompromikan secara politik, arus modal beralih ke aset lindung inflasi, seperti emas dan Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS), sementara pasar ekuitas menghadapi ketidakpastian yang meningkat [6]. Stabilitas terbaru Argentina di bawah Presiden Javier Milei—yang ditandai dengan pergeseran menuju dolar dan kebijakan moneter yang lebih ketat—telah memulihkan sebagian kepercayaan investor, namun warisan volatilitas tetap ada. Indeks Merval, misalnya, mengalami koreksi 35% pada 2023 di tengah kekhawatiran akan campur tangan politik yang kembali, meskipun ada reformasi selanjutnya [7].
Usulan Trump untuk mempolitisasi The Fed—seperti memperpendek masa jabatan gubernur dan menjadikan The Fed tunduk pada penganggaran kongres—berisiko meniru hasil-hasil ini di Amerika Serikat. Jika The Fed kehilangan kemampuannya untuk bertindak secara independen, bank sentral mungkin kesulitan merespons guncangan ekonomi, yang mengakibatkan volatilitas inflasi yang lebih tinggi dan hilangnya kepercayaan pasar. Hal ini dapat memicu "credibility premium" di pasar obligasi AS, di mana investor menuntut imbal hasil lebih tinggi untuk mengkompensasi ketidakstabilan kebijakan yang dirasakan [8]. Efek riaknya akan meluas secara global, karena peran dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia sangat terkait dengan kredibilitas institusional The Fed. Penurunan kepercayaan dapat mempercepat pergeseran ke mata uang dan alokasi aset alternatif, yang semakin memecah pasar modal global.
Bukti sejarah sangat jelas: independensi bank sentral bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan untuk stabilitas ekonomi jangka panjang. Tindakan Trump mengancam untuk merusak fondasi ini, dengan konsekuensi yang berpotensi katastrofik bagi pasar AS maupun global. Para pembuat kebijakan harus bertindak cepat untuk memperkuat perlindungan institusional, memastikan bahwa kebijakan moneter tetap terlindungi dari tekanan politik. Pelajaran dari Turki dan Argentina adalah pengingat tegas tentang apa yang terjadi ketika bank sentral tunduk pada agenda politik jangka pendek.
Sumber:
[1] Here's what it really means for Trump to get control of the Federal Reserve board
[2] Strengthen Central Bank Independence to Protect the World Economy
[3] What happens if Trump gets control of the Fed? Warnings from Turkey and Argentina
[4] Central Bank Independence and stock market outcomes: An event study on Borsa Istanbul
[5] Central Bank Independence and stock market outcomes: An event study on Borsa Istanbul
[6] Central Bank Independence Under Siege: Implications for Fixed-Income Markets and Inflation Expectations
[7] Eyes Back on Argentina: Why This Market is Back on Our Radar
[8] Central Bank Independence and Inflation Volatility in Developing Countries
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Laporan Mingguan IOSG: Beberapa Pemikiran tentang Musim Altcoin pada Siklus Ini

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








