Peran Baru XRP sebagai Pilar Infrastruktur Pembayaran Global
- XRP sedang merevolusi pembayaran lintas negara melalui Ripple's ODL, memproses $1.3T pada Q2 2025 dengan waktu penyelesaian 3-5 detik dan biaya $0.0002, memangkas waktu transfer SWIFT selama 36-96 jam serta biaya $26-$50. - Adopsi institusional meningkat karena lebih dari 300 bank (misalnya, Santander, Standard Chartered) memanfaatkan XRP untuk pengurangan biaya 40-90% di koridor seperti Eropa-Amerika Latin dan Jepang-Asia Tenggara. - Stablecoin RLUSD milik Ripple, yang didukung oleh BNY Mellon dan SBI, memungkinkan penyelesaian waktu nyata dengan biaya 40-60% lebih rendah, sementara kejelasan regulasi meningkat.
Di era pasca-SWIFT, XRP mendefinisikan ulang pembayaran lintas negara melalui nilai strategisnya sebagai aset jembatan dan adopsi institusional. Layanan On-Demand Liquidity (ODL) milik Ripple, yang kini digunakan oleh lebih dari 300 institusi, memproses transaksi senilai $1,3 triliun hanya pada kuartal kedua 2025, menunjukkan kemampuan XRP untuk memangkas waktu penyelesaian dari beberapa hari menjadi hitungan detik sekaligus menurunkan biaya [1]. Pergeseran ini bukan sekadar spekulasi; hal ini didorong oleh kasus penggunaan nyata. Misalnya, Santander melaporkan peningkatan volume pembayaran lintas negara sebesar 40% melalui ODL pada kuartal ketiga 2025, khususnya di koridor seperti Eropa ke Amerika Latin, di mana XRP memangkas biaya hingga 90% dibandingkan metode tradisional [4].
Efisiensi XRP berasal dari keunggulan teknologinya: transaksi diselesaikan dalam 3–5 detik dengan biaya rata-rata $0,0002, sangat kontras dengan biaya SWIFT sebesar $26–$50 per transfer dan waktu penyelesaian 36–96 jam [1]. Uji transfer €10 juta menggunakan XRP diselesaikan dalam waktu kurang dari 6 detik, sementara melalui SWIFT membutuhkan hampir 30 jam [1]. Metode ini menempatkan XRP sebagai solusi yang dapat diskalakan bagi institusi yang ingin mengoptimalkan modal kerja, seperti yang terlihat pada adopsi XRP oleh Standard Chartered untuk UKM di Afrika dan Asia [4].
Peluncuran stablecoin RLUSD milik Ripple pada tahun 2025 semakin memperkuat peran infrastruktur XRP. Didukung oleh BNY Mellon dan terintegrasi ke dalam RippleNet, RLUSD memungkinkan penyelesaian waktu nyata dengan biaya 40–60% lebih rendah dibandingkan SWIFT di koridor seperti Jepang ke Asia Tenggara [2]. Kemitraan SBI VC Trade dengan Ripple di Jepang, misalnya, menghasilkan pencetakan RLUSD senilai $24 juta dalam satu minggu, mencerminkan permintaan remitansi yang patuh regulasi dan berbiaya rendah [2]. Kejelasan regulasi, seperti Payment Services Act Jepang 2025 yang mengklasifikasikan stablecoin sebagai “aset yang dinilai dalam mata uang,” telah mempercepat adopsi, menawarkan kerangka kerja yang dapat direplikasi untuk pasar berkembang [2].
Adopsi institusional kini menjadi narasi paling menarik bagi XRP. Volume RippleNet sebesar $1,3 triliun pada tahun 2025 menegaskan daya tariknya bagi bank seperti UnionBank (Filipina) dan Yes Bank (India), yang menggunakan ODL untuk pembayaran lintas negara secara real-time [5]. PNC dan SBI Holdings telah melaporkan penghematan biaya hingga 90% dengan memanfaatkan XRP untuk penyelesaian [4]. Pertumbuhan ini tercermin dalam posisi pasar XRP, kini menjadi mata uang kripto terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar [4], didorong oleh arus masuk ETF sebesar $1,2 miliar setelah penyelesaian gugatan SEC pada Agustus 2025 [1].
Para kritikus berpendapat dominasi SWIFT di bank sentral dan institusi tier-satu tetap tak tertandingi, dengan SWIFT memproses 44,8 juta pesan setiap hari [1]. Namun, penurunan 6,8% pembayaran B2B lintas negara SWIFT pada tahun 2025 menyoroti kerentanannya terhadap keunggulan kecepatan dan biaya XRP [1]. Seiring kerangka regulasi seperti U.S. GENIUS Act dan EU MiCA mendorong kepatuhan, infrastruktur kelas institusi XRP—diperkuat oleh RLUSD dan akuisisi Rail oleh Ripple—menempatkannya sebagai solusi hibrida yang menjembatani keuangan tradisional dan terdesentralisasi [4].
Bagi investor, arah XRP sudah jelas: bukan menggantikan SWIFT, melainkan mendefinisikan ulang keterbatasannya. Dengan pertumbuhan remitansi lintas negara sebesar 41% dari tahun ke tahun di Asia Tenggara dan Amerika Latin [1], serta kemitraan strategis Ripple yang berkembang ke DeFi (misalnya, Aave’s Horizon menggunakan RLUSD sebagai jaminan untuk U.S. Treasuries) [3], XRP berkembang menjadi aset fundamental untuk pembayaran global. Seiring era pasca-SWIFT berkembang, perpaduan kecepatan, kepatuhan, dan kepercayaan institusional dari XRP menjadikannya investasi jangka panjang yang menarik.
**Sumber:[1] XRP's Institutional Adoption Momentum: A Strategic Treasury Play in 2025 [3] RLUSD's Strategic Role in Bridging DeFi and Institutional ... [https://www.bitget.com/news/detail/12560604937814]
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Deposit Whale Memicu Lonjakan Harga Token GIGGLE
Paus Meningkatkan Posisi Long Ethereum, Menandakan Potensi Reli
Pi Network Mencapai Tonggak Penting dalam Verifikasi KYC
JustLend DAO Menyelesaikan Pembelian Kembali dan Pembakaran JST Pertama