Filipina berencana meluncurkan sistem anggaran berbasis blockchain, pakar hukum memperingatkan risiko
Jinse Finance melaporkan bahwa Senat Filipina sedang meninjau RUU No. 1330, yang diajukan oleh Senator Paolo Benigno "Bam" Aquino IV pada akhir Agustus, dengan rencana menginvestasikan sekitar 8,6 juta dolar AS untuk mencatat anggaran nasional di blockchain, bertujuan meningkatkan transparansi pengeluaran pemerintah dan mengekang korupsi. Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran publik yang kuat terkait dugaan pelanggaran pada proyek infrastruktur senilai sekitar 9,2 miliar dolar AS. Namun, beberapa pakar hukum menyatakan kekhawatirannya. Mantan Jaksa Agung Filipina Florin Hilbay memperingatkan bahwa penggunaan teknologi blockchain saja tidak secara otomatis meningkatkan transparansi atau mencegah korupsi, bahkan bisa menyederhanakannya menjadi "alat pemasaran". Pakar hukum teknologi Russell Geronimo menunjukkan bahwa masalahnya bukan pada kurangnya buku besar yang tidak dapat diubah, melainkan lemahnya pengawasan pengadaan, audit, dan mekanisme perlindungan pelapor. Asosiasi Pengacara Fintech Filipina juga mengingatkan bahwa jika entitas swasta mengendalikan infrastruktur blockchain, hal ini dapat menyebabkan privatisasi de facto atas data publik, dan menyarankan agar pemerintah mempertahankan kepemilikan dan kendali atas data anggaran, serta menggunakan protokol open source untuk mencegah penguncian vendor dan monopoli.
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Visa: Stablecoin dapat merevolusi pasar kredit global senilai 40 triliun dolar AS
Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








