
Kontrak Berjangka Saham Terus Naik Sementara Harga Emas Turun: Wawasan Penting bagi Investor
Pasar global memulai bulan November dengan catatan positif karena futures saham menguat di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Kepercayaan investor terdongkrak oleh laporan laba perusahaan yang solid—terutama dari pemimpin sektor teknologi—serta meredanya ketegangan dagang. Sementara futures saham menikmati momentum kenaikan, tren harga emas menunjukkan cerita yang berbeda. Harga emas tetap tertekan karena menghadapi hambatan dari kebijakan moneter AS serta perubahan pajak besar-besaran di Tiongkok.
Artikel ini memberikan panduan komprehensif bagi investor internasional yang ingin menjelajahi lanskap yang terus berkembang untuk futures saham dan juga harga emas.
Futures Saham Menguat Berkat Laba Positif dan Sentimen Dagang yang Membaik
Penguatan futures saham terus menjadi tema dominan di pasar keuangan utama.
Sorotan Kinerja Global
- Pasar AS:
Futures S&P 500 naik sebesar 0,2% dan futures Nasdaq-100 sebesar 0,1% di awal bulan baru. Indeks utama terdorong laba Q3 yang kuat, di mana lebih dari 80% perusahaan S&P 500 yang telah melapor berhasil melampaui ekspektasi analis. Momentum berkelanjutan di sektor terkait AI semakin memperkuat sentimen pasar. Rata-rata Wall Street mencatat kenaikan 1,8% pada bulan November, secara historis menjadi bulan terkuat untuk indeks ini.
- Saham Eropa:
Futures Euro Stoxx 50 naik sebesar 0,2%, didorong optimisme yang meluas dari lingkungan dagang dan laba di AS.
- Pasar Asia:
Sebagian besar bursa Asia membukukan kenaikan, didukung kenaikan 0,6% pada indeks kawasan. Imbal hasil obligasi 10 tahun Jepang naik 1 basis poin menjadi 1,655%, sementara imbal hasil Australia naik menjadi 4,34%.
Pendorong Utama
- Laba Kuat dari Sektor Teknologi:
Perusahaan teknologi utama melaporkan hasil yang solid, mengalahkan kekhawatiran tentang konsentrasi keuntungan pada sejumlah kecil saham.
- Iklim Perdagangan:
Meredanya gesekan dagang, terutama antara AS dan Tiongkok, serta boom global AI terus meningkatkan kepercayaan investor.
- Fokus Kebijakan Ekonomi:
Sementara konferensi pers FOMC oleh Powell pekan lalu mengejutkan sebagian investor, sinyal akomodatif dan latar belakang inovasi teknologi tetap menjaga selera risiko. Minggu ini, para trader akan memantau pertemuan bank sentral dunia, meski tak ada perubahan besar suku bunga yang diharapkan dari Australia, Swedia, atau Brasil; Bank of England pun diperkirakan mempertahankan suku bunga tetap.
Harga Emas Tertekan: Dampak Dolar AS dan Reformasi Pajak Tiongkok
Berlawanan dengan kekuatan pada futures saham, harga emas menunjukkan volatilitas signifikan dan menghadapi tren penurunan lebih lanjut. Pada awal perdagangan Asia, harga emas sempat turun ke $3.960 per ons sebelum rebound mendekati $4.020. Namun, rebound ini masih rapuh, karena kekuatan pasar yang lebih luas terus menempatkan harga emas pada risiko penurunan lanjutan. Sebagai perbandingan, komoditas utama lain—seperti perak (naik 1% ke $49,06/ons) dan minyak mentah (naik 0,6% ke $61,37/barel)—menunjukkan dukungan yang lebih kuat selama periode ini.
Tantangan utama bagi harga emas adalah menguatnya Dolar AS, yang mencapai level tertinggi tiga bulan, membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor dengan mata uang lain dan menekan permintaan internasional. Selain itu, pernyataan terbaru dari Federal Reserve bernada lebih hawkish, sehingga pelaku pasar mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga tambahan tahun ini. Mengingat harga emas secara tradisional sangat sensitif terhadap aksi bank sentral, perubahan ini semakin mengurangi daya tarik emas dibanding aset penghasil bunga atau pertumbuhan. Aliran investasi pun berpindah dari emas ke futures saham dan peluang berorientasi pertumbuhan lainnya.
Keputusan mengejutkan Tiongkok untuk mengakhiri insentif pajak pertambahan nilai (PPN) lama atas emas non-investasi kemungkinan akan menekan harga emas secara global. Kebijakan baru, efektif 1 November, mengurangi PPN yang dapat dikurangkan bagi produsen perhiasan emas dari 13% menjadi hanya 6%, sehingga biaya produksi meningkat signifikan. Menurut estimasi Citi, hal ini dapat menyebabkan biaya pengecer emas melonjak hingga 7%. Jika diteruskan ke konsumen akhir, harga emas yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan permintaan pasar massal yang mencolok. Sementara itu, Morgan Stanley memprediksi beban pajak baru akan mempercepat konsolidasi di sektor ritel perhiasan Tiongkok, menguntungkan merek bermodal kuat dan merugikan operator skala kecil. Adrian Ash dari BullionVault mencatat bahwa perubahan kebijakan oleh konsumen emas terbesar dunia ini kemungkinan besar akan berdampak negatif pada sentimen harga emas global, khususnya setelah volatilitas tinggi pada bulan Oktober.
Mekanisme perpajakan baru di Tiongkok membedakan antara emas investasi dan non-investasi. Transaksi “emas standar” di Shanghai Gold Exchange atau Shanghai Futures Exchange tetap bebas PPN selama masih disimpan di dalam bursa. Namun, emas yang ditarik untuk keperluan non-investasi kini dikenakan PPN 6%, dan ada kontrol lebih ketat terhadap faktur PPN khusus, sehingga meningkatkan biaya dan kompleksitas bagi penjual hilir.
Pembaruan Cryptocurrency & Komoditas Lain
Pasar aset digital menunjukkan cerita tersendiri, dengan Bitcoin turun 2,2% ke $107.608—terendah hampir sebulan terakhir—dan Ethereum melemah 4% ke $3.710. Tren ini menandakan kehati-hatian berlanjut di sektor cryptocurrency, kontras dengan kenaikan futures saham dan hasil campuran di harga emas.
Sementara itu, pasar komoditas di luar emas tetap menunjukkan ketahanan. Harga minyak meningkat setelah OPEC+ mengumumkan jeda dalam kenaikan produksi, mendukung kenaikan harga minyak mentah acuan. Harga aluminium juga naik 0,9% menjadi $2.909,50 per metrik ton di London Metal Exchange. Pergerakan komoditas ini menyoroti bahwa tidak semua kelas aset safe-haven atau fisik bergerak searah, menekankan perbedaan antara harga emas dan harga sumber daya utama lainnya.
Kesimpulan
Seiring berjalannya bulan November, penguatan futures saham kontras tajam dengan tantangan yang semakin besar pada harga emas. Investor perlu menyeimbangkan peluang dan kehati-hatian, memanfaatkan momentum di ekuitas global sambil tetap waspada terhadap risiko penurunan pada emas. Diversifikasi tetap penting, begitu pula pendekatan aktif dalam memantau sinyal kebijakan dari ekonomi dan bank sentral terbesar dunia. Dengan tetap terinformasi dan gesit, investor dapat menavigasi arus perubahan di pasar futures saham maupun harga emas.
Disclaimer: Pendapat yang disampaikan dalam artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Artikel ini tidak merupakan dukungan atas produk dan layanan yang dibahas ataupun saran investasi, keuangan, atau trading. Konsultasilah dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan.