CIO Bitwise mengatakan dunia mulai menyadari ‘kegilaan’ fiat, beralih ke bitcoin sebagai lindung nilai digital terhadap penurunan nilai

Kepala Investasi Bitwise, Matt Hougan, mengatakan bahwa dunia mulai menyadari “kegilaan” dari eksperimen mata uang fiat, dengan bank sentral membeli emas dalam jumlah rekor dan individu beralih ke bitcoin — sebuah pengakuan bahwa uang fiat mungkin tidak lagi menjadi standar yang tak terbantahkan seperti dulu.

Merujuk pada perumpamaan penulis David Foster Wallace tentang ikan yang tidak menyadari air di sekitarnya, dalam memo kepada klien pada Selasa malam, Hougan mencatat bahwa kita sering kali buta terhadap realitas terpenting, terutama yang telah mengelilingi kita sepanjang hidup. 

AS meninggalkan standar emas pada tahun 1971, sehingga siapa pun di dunia keuangan yang masih ingat bekerja dalam sistem non-fiat setidaknya berusia 75 tahun hari ini, dengan asumsi karier dimulai pada usia 21 tahun, kata Hougan. “Seperti hampir semua profesional keuangan yang bekerja saat ini, saya telah menghabiskan seluruh hidup saya berenang di air dunia berbasis fiat — di mana pasokan uang suatu negara tidak didasarkan pada akumulasi cadangan seperti emas atau perak, melainkan pada apa pun yang diputuskan pemerintah,” tambahnya. “Saat kebanyakan dari kita masih sekolah, adopsi mata uang fiat dipresentasikan sebagai kemajuan yang tak terelakkan, seperti merangkak keluar dari lumpur dan mulai berjalan tegak. Orang-orang dulu menganggap emas adalah uang, kita menertawakannya. Lucu sekali.”

Namun, CIO Bitwise ini berpendapat bahwa semakin banyak orang mulai menyadari bahwa era mata uang fiat mungkin hanyalah sebuah anomali. “Mungkin mencetak uang dari udara kosong, seperti yang mulai kita lakukan pada tahun 1971, sebenarnya adalah ide yang gila. Mungkin uang yang sehat membutuhkan batasan,” ujarnya. “Dengan kata lain, orang-orang mulai melihat sekeliling dan bertanya: Apa sebenarnya fiat itu?”

Bank sentral memborong emas, individu memilih bitcoin

Merujuk pada laporan Financial Times baru-baru ini, Hougan mencatat bahwa bank sentral, yang dulunya rutin membeli emas sebelum 1971, mulai meningkatkan pembelian lagi setelah krisis keuangan 2008 — sebagai respons terhadap kekhawatiran yang meningkat tentang mata uang fiat — dan secara agresif mempercepat pembelian mereka setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan penurunan nilai dan penyitaan aset.

Dengan utang AS mendekati $37 triliun, emas tahun lalu melampaui euro sebagai aset cadangan terbesar kedua karena bank sentral mencari lindung nilai yang langka, global, dan dapat disimpan sendiri yang tahan terhadap manipulasi pemerintah, lanjut Hougan — menyoroti bahwa sifat-sifat ini tidak hanya berlaku untuk emas.

Seperti pemerintah, investor individu juga mulai menyadari risiko pencetakan uang tanpa batas — namun mereka kebanyakan beralih ke bitcoin, yang sering dianggap sebagai alternatif digital emas, ujar Hougan, seraya mencatat bahwa ETF bitcoin telah menarik arus masuk sebesar $45 miliar, melampaui $34 miliar yang masuk ke ETF emas sejak Januari 2024.

Kesenjangan saat ini antara adopsi bitcoin oleh publik dan institusi sebagian besar disebabkan oleh skala, jelasnya. Dengan nilai pasar $2 triliun, pasar bitcoin masih terlalu kecil dan kurang likuid bagi bank sentral untuk keluar-masuk secara efisien, meskipun permintaan terus tumbuh.

Pada akhirnya, baik itu emas maupun bitcoin, kesadaran intinya tetap sama: strategi portofolio tradisional yang dibangun di atas saham dan obligasi masih sepenuhnya terekspos pada fiat. “Orang-orang mulai menyadari bahwa itu adalah perairan yang cukup berisiko untuk dijelajahi,” pungkas Hougan.