Jerman sedang meningkatkan upayanya untuk memperkuat perekrutan militer, dengan rencana menawarkan gaji dan pelatihan yang lebih baik untuk menarik kaum muda agar bergabung dalam dinas sukarela. Negara ini, yang merupakan anggota kunci NATO dan Uni Eropa, telah melakukan modernisasi angkatan bersenjatanya sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Tahun lalu, Jerman memiliki sekitar 181.000 personel aktif, namun pemerintah menargetkan untuk memperluas jumlah ini menjadi 260.000 personel aktif dan 200.000 cadangan dalam jangka panjang. Menteri Pertahanan Boris Pistorius menekankan pentingnya pertumbuhan ini karena “situasi keamanan internasional, terutama perilaku agresif Rusia” [1].
Strategi pemerintah menghindari pengembalian wajib militer, yang telah ditangguhkan sejak 2011, meskipun opsi tersebut tetap terbuka jika jumlah sukarelawan tidak mencukupi. Mulai tahun depan, pemerintah berencana mengirimkan kuesioner kepada pemuda berusia 18 tahun mengenai kesediaan mereka untuk bertugas, sementara pemeriksaan medis akan dimulai untuk pria muda pada pertengahan 2027. Langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk membuat Bundeswehr lebih menarik, khususnya melalui paket gaji dan pelatihan yang lebih baik untuk komitmen jangka pendek [1].
Rencana ini juga mencakup fleksibilitas dalam durasi dinas dan dirancang untuk mendorong pendaftaran melalui insentif dan peningkatan kondisi. Pistorius menggambarkan perubahan ini sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan angkatan bersenjata yang tidak hanya dilengkapi dengan baik tetapi juga “kuat dari segi personel” [1]. Pemerintah bertujuan mencapai tujuan ini tanpa secara otomatis kembali ke dinas wajib, meskipun tetap mempertahankan opsi untuk memperkenalkan kembali langkah tersebut jika diperlukan.
Ketegangan politik muncul di dalam koalisi Kanselir Friedrich Merz terkait kemungkinan kembalinya wajib militer. Sementara beberapa anggota tengah-kiri, termasuk Pistorius, percaya bahwa sistem saat ini dapat memenuhi target perekrutan dengan insentif yang lebih baik, tokoh konservatif seperti gubernur Bavaria Markus Söder berpendapat bahwa dinas wajib pada akhirnya mungkin tak terhindarkan. Söder memperingatkan bahwa keterlambatan dalam memperkuat militer dapat membuat Jerman rentan sedini tahun 2027, mengingat ancaman yang terus-menerus dari Rusia [1].
Upaya Jerman untuk merekrut lebih banyak personel merupakan bagian dari perubahan besar dalam strategi militernya, yang telah melihat peningkatan pengeluaran pertahanan dan upaya modernisasi. Meskipun demikian, negara ini masih menghadapi kekurangan personel, dengan banyak warga yang enggan bergabung dengan angkatan bersenjata. Upaya perekrutan terbaru pemerintah mencerminkan pengakuan yang lebih luas bahwa penangkal yang kredibel terhadap potensi agresi memerlukan peralatan canggih dan militer yang kuat serta berukuran memadai [1].
Sumber: