Pada Agustus 2025, pasar cryptocurrency mengalami guncangan besar ketika likuidasi perpetual futures sebesar $161 juta menghapus posisi leverage di berbagai aset utama. Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) menjadi yang paling terdampak, dengan likuidasi masing-masing sebesar $36,07 juta dan $97,41 juta, didorong oleh 62,68% dan 64,97% posisi long yang terpaksa ditutup [1]. Solana (SOL) juga mencatat likuidasi sebesar $27,78 juta, dengan 56,48% posisi short yang runtuh [1]. Peristiwa ini menyoroti kelemahan kritis dalam perdagangan crypto leverage: siklus volatilitas yang saling memperkuat dan likuidasi berantai.
Pasar perpetual futures, yang menyumbang 93% dari perdagangan derivatif crypto, memungkinkan spekulasi leverage 24/7 namun memperbesar kerentanan sistemik [3]. Rasio leverage hingga 100x menciptakan ekosistem yang rapuh di mana bahkan fluktuasi harga kecil dapat memicu likuidasi massal [1]. Sebagai contoh, tingkat pendanaan negatif sebesar -1,56% pada akhir 2024 memperkuat tren bearish, memperburuk spiral penurunan [1]. Bias perilaku seperti overconfidence dan FOMO semakin memperbesar risiko, mendorong trader untuk mengambil posisi berlebihan selama fase bullish [1].
Keterkaitan antara decentralized finance (DeFi) dan centralized finance (CeFi) menambah lapisan kerentanan lainnya. Ethereum, yang mendominasi 80,97% dari deposit DeFi, mengalami lonjakan aktivitas pinjaman sebesar 31,14% yang didorong oleh token Pendle, menyoroti kerentanan agunan leverage [2]. Sementara itu, perusahaan treasury Bitcoin yang menggunakan utang offchain untuk membeli BTC menciptakan risiko lintas pasar, di mana keruntuhan satu aset dapat mengguncang infrastruktur crypto secara lebih luas [2].
Peristiwa likuidasi Agustus 2025 menjadi pengingat tegas: leverage tinggi adalah pedang bermata dua. Strategi alternatif, seperti inverse ETF dan lindung nilai berbasis opsi, menawarkan stabilitas lebih. Selama koreksi pasar Q3 2025, inverse ETF REKT naik 3,30%, menunjukkan efektivitas instrumen lindung nilai saat pasar turun [1]. Strategi opsi seperti iron condor dan straddle juga memberikan profil risiko yang terdefinisi, membatasi eksposur terhadap volatilitas ekstrem [1].
Mendiversifikasi jenis agunan adalah langkah penting lainnya. Meskipun BTC dan ETH tetap dominan, penggunaan stablecoin atau alt-coin berisiko rendah seperti Monero dapat mengurangi risiko likuidasi [1]. Selain itu, investor sebaiknya memprioritaskan penangkapan nilai jangka panjang daripada perdagangan spekulatif, dengan fokus pada proyek yang memiliki fundamental kuat daripada taruhan leverage pada fluktuasi harga.
Peristiwa likuidasi sebesar $161 juta bukanlah anomali, melainkan gejala dari kelemahan sistemik yang lebih dalam di pasar leverage crypto. Seiring perpetual futures terus membentuk ulang dinamika perdagangan, investor harus mengadopsi strategi yang memprioritaskan ketahanan daripada keuntungan cepat. Dengan beralih ke inverse ETF, opsi, dan agunan yang terdiversifikasi, ekosistem crypto dapat mengurangi risiko likuidasi berantai dan membangun fondasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Sumber:
[1] Systemic Risks in Crypto Perpetual Futures: Navigating Liquidation Cascades and Strategic Hedging
[2] Crypto Leverage Volatility and Systemic Risk in DeFi Lending
[3] Perpetual Futures Contracts and Cryptocurrency Market Quality