Pasar DeFi tidak lagi menjadi eksperimen khusus—ini adalah raksasa senilai $78,49 miliar pada tahun 2030, didorong oleh protokol seperti Solana dan layanan restaking Bitcoin [1]. Namun, apa yang mendorong pertumbuhan ini? Jawabannya terletak pada interaksi antara model tata kelola dan strategi retensi pengguna. Mari kita uraikan bagaimana sinyal pasar dan insentif operator membentuk ulang lanskap ini—dan mengapa investor harus memperhatikannya.
Decentralized Autonomous Organizations (DAO) telah menjadi fondasi tata kelola DeFi. Dengan mendistribusikan hak suara melalui governance token, platform seperti Uniswap dan Aave bertujuan mendemokratisasi pengambilan keputusan. Namun, kenyataannya lebih kompleks. Studi menunjukkan bahwa hak suara yang ditokenisasi sering terkonsentrasi di tangan minoritas, menciptakan sistem “timokrasi” di mana segelintir pihak memiliki pengaruh yang tidak proporsional [2]. Konsentrasi ini berisiko merusak kepercayaan, faktor penting dalam retensi pengguna.
Namun, jika dilakukan dengan benar, insentif token bisa menjadi pengubah permainan. Misalnya, program yield farming dan liquidity mining terbukti efektif dalam menarik pengguna. Platform yang menawarkan hadiah untuk staking atau menyediakan likuiditas melihat keterlibatan yang lebih tinggi, karena pengguna menyelaraskan kepentingan mereka dengan tujuan protokol [3]. Kuncinya adalah menyeimbangkan insentif jangka pendek dengan keberlanjutan jangka panjang. Arbitrum’s Long-Term Incentive Program (LTIPP) adalah contohnya: program ini memberi penghargaan kepada pengguna atas partisipasi berkelanjutan, memastikan mereka tetap aktif bahkan setelah insentif awal berakhir [4].
Sinyal pasar adalah darah kehidupan DeFi. Total Value Locked (TVL) tetap menjadi standar emas untuk mengukur kesehatan protokol, tetapi itu bukan satu-satunya cerita. Gross Merchandise Volume (GMV) dan pendapatan protokol semakin mendapat perhatian sebagai metrik pelengkap [5]. Misalnya, protokol liquid staking seperti Lido kini mengelola $34,8 miliar dalam TVL, membuktikan peran mereka dalam efisiensi modal [1].
Transparansi adalah sinyal lain yang tidak bisa diabaikan. Pengguna berbondong-bondong ke platform dengan kerangka tata kelola yang jelas dan analitik waktu nyata. SwissCheese, platform trading DeFi, meningkatkan retensi dengan menawarkan alat data waktu nyata yang memberdayakan pengguna untuk mengoptimalkan strategi mereka [6]. Di ruang di mana kepercayaan langka, transparansi bukan hanya fitur—ini adalah keunggulan kompetitif.
Retensi di DeFi bukan hanya soal insentif—ini soal pengalaman. Integrasi lintas platform adalah strategi yang menonjol. Platform yang memungkinkan pergerakan aset tanpa hambatan antar chain melihat tingkat retensi 45% lebih baik [3]. Bayangkan seorang pengguna yang bisa trading di Ethereum, staking di Solana, dan lending di Aave—semua tanpa harus berganti aplikasi. Itulah masa depan DeFi, dan itu sudah hadir.
Desain mobile-first sama pentingnya. Dengan 45% pengguna DeFi berada di APAC dan Afrika, di mana adopsi mobile sangat tinggi, platform yang memprioritaskan kemudahan penggunaan mobile mengurangi biaya akuisisi sebesar 25% [3]. Strategi pertumbuhan berbasis komunitas, seperti keterlibatan di Discord dan Telegram, semakin memperkuat retensi. Proyek dengan komunitas aktif melaporkan retensi 3x lebih tinggi dan advokasi 2,8x lebih banyak [4].
Tidak ada investasi yang tanpa risiko. Konsentrasi token dan rendahnya partisipasi pemilih tetap menjadi tantangan yang terus-menerus. Studi tahun 2025 menemukan bahwa 63% TVL DeFi berada di Ethereum, namun partisipasi tata kelola masih rendah [1]. Ketidakpastian regulasi juga membayangi, meskipun CLARITY Act tahun 2025 adalah langkah menuju kejelasan [5].
Jalan ke depan? Inovasi dalam desain tata kelola. Mekanisme lelang berurutan dan sistem kecerdasan hibrida mulai muncul untuk mengatasi dinamika kontrol [3]. Model-model ini bertujuan menyeimbangkan efisiensi algoritmik dengan pengawasan manusia, memastikan operasi yang etis dan transparan.
Masa depan DeFi bergantung pada kemampuannya memadukan inovasi tata kelola dengan desain yang berpusat pada pengguna. Bagi investor, titik manisnya ada di platform yang:
1. Menyeimbangkan insentif token untuk menghindari konsentrasi sekaligus memberi penghargaan pada partisipasi jangka panjang.
2. Memanfaatkan strategi cross-chain dan mobile-first untuk meningkatkan aksesibilitas.
3. Memprioritaskan transparansi melalui data waktu nyata dan keterlibatan komunitas.
Pasar masih terus berkembang, namun satu hal sudah jelas: DeFi bukan hanya soal kode—ini soal manusia. Dan di ruang ini, mereka yang mendengarkan penggunanya akan menjadi pemenang.
Sumber:
[1] Decentralized Finance Market Size & Share Analysis
[2] The distribution and exercise of tokenised voting rights
[3] User Acquisition Trends - 2025 Report: DeFi, Crypto
[4] Incentive Program Assessments & Recommendations
[5] Decentralized Finance (DeFi) Projects: A Study of Key
[6] DeFi and Blockchain solution development | Case Study