Eksplorasi China terhadap stablecoin untuk pembayaran lintas negara semakin berkembang pesat seiring dengan lembaga keuangan global dan penyedia layanan pembayaran yang mencari alternatif yang lebih cepat, murah, dan efisien dibandingkan sistem tradisional. Perusahaan seperti PayPal sudah memanfaatkan stablecoin untuk memperlancar transaksi internasional. PayPal Holdings baru-baru ini mulai menggunakan stablecoin PYUSD mereka untuk menyelesaikan pembayaran lintas negara melalui layanan Xoom, melewati jam operasional perbankan tradisional dan mengurangi biaya. Pergeseran ini menyoroti tren yang lebih luas di mana bisnis mulai menyadari keuntungan stablecoin dalam memfasilitasi remitansi yang lebih murah, biaya transaksi yang lebih rendah, dan mengurangi gesekan dalam pergerakan uang global [1].
Pakar layanan keuangan juga mulai memperhatikan potensi stablecoin dalam manajemen kas perusahaan. Mark Nichols, seorang principal di Ernst & Young, mencatat bahwa stablecoin dapat menawarkan cara yang lebih efisien untuk menangani keuangan perusahaan, termasuk penyelesaian waktu nyata dan manfaat hasil dari aset cadangan seperti surat utang negara AS. Menurut McKinsey & Co., jaringan pembayaran lama seperti SWIFT dan MoneyGram sering membutuhkan waktu hingga lima hari kerja untuk memproses transaksi karena keterlibatan banyak perantara, perbedaan zona waktu, dan pemrosesan batch. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan akan solusi lintas negara yang real-time, berbiaya rendah, dan inklusif [1].
Pasar pembayaran lintas negara sendiri sangat besar, dengan transaksi global mencapai sekitar $179 triliun pada tahun lalu. Stablecoin telah muncul sebagai alternatif yang layak dalam konteks ini karena ketersediaannya 24/7, kemampuan penyelesaian waktu nyata, dan biaya yang rendah. Bam Azizi, CEO Mesh Connect, menekankan bahwa "killer app" untuk stablecoin terletak pada pembayaran, khususnya dalam skenario lintas negara, B2B, dan payout. Bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di banyak negara, adopsi stablecoin bukan hanya keuntungan strategis tetapi juga kebutuhan untuk menghindari inefisiensi keuangan [1].
SWIFT, pemain dominan dalam pembayaran global, juga mulai mengeksplorasi integrasi mata uang digital ke dalam infrastrukturnya. Uji coba terbaru menunjukkan bahwa stablecoin dapat beroperasi berdampingan dengan mata uang fiat tradisional dalam jaringan yang sama, memungkinkan transaksi tanpa hambatan di blockchain publik dan privat. Meskipun SWIFT belum mengambil sikap mengenai model penyelesaian, mereka menekankan perannya sebagai fasilitator solusi pembayaran yang beragam. Koperasi ini menyoroti kemampuannya untuk menghubungkan jaringan yang berbeda, memungkinkan peserta bertransaksi menggunakan aset digital maupun sistem nilai tradisional tanpa harus merombak infrastruktur yang ada [1].
Di pasar negara berkembang, stablecoin sangat menarik untuk layanan remitansi dan penggajian perusahaan. Di wilayah di mana mata uang lokal mungkin kurang stabil atau kurang diminati, perusahaan semakin banyak menggunakan stablecoin untuk membayar gaji langsung ke dompet digital. Misalnya, di negara seperti Argentina, di mana pekerja mungkin lebih memilih dolar AS tetapi tidak dapat mengaksesnya melalui saluran tradisional, stablecoin menawarkan solusi alternatif. Tren ini diperkirakan akan tumbuh seiring semakin banyak bisnis yang mengadopsi mata uang digital untuk memenuhi kebutuhan karyawan jarak jauh dan internasional. Seiring teknologi stablecoin berkembang, perannya dalam membentuk ulang infrastruktur keuangan global kemungkinan akan berkembang secara signifikan.