Pada paruh pertama tahun 2025, harga emas melonjak ke rekor tertinggi, dengan iShares Gold Trust (GLD) mencerminkan kenaikan logam mulia tersebut. Reli ini bukan hanya disebabkan oleh fundamental makroekonomi, tetapi juga merupakan cerminan dari kekuatan psikologis mendalam yang berperan di pasar global. Ekonomi perilaku, khususnya reflection effect, menawarkan kerangka kerja yang menarik untuk memahami mengapa emas—melalui GLD—telah menjadi lindung nilai strategis selama periode volatilitas.
Reflection effect, yang merupakan pilar utama ekonomi perilaku, menggambarkan bagaimana individu membalik preferensi risiko mereka tergantung pada apakah mereka memandang suatu skenario sebagai keuntungan atau kerugian. Pada masa stabilitas pasar, investor sering menunjukkan perilaku mencari risiko, memilih aset pertumbuhan tinggi seperti saham. Namun, selama periode ketidakpastian—seperti krisis geopolitik, perang dagang, atau devaluasi mata uang—investor beralih ke mode menghindari risiko, mengutamakan keamanan dibandingkan pertumbuhan.
Emas, sebagai aset tanpa hasil, berkembang dalam lingkungan yang menghindari risiko ini. Ketika dolar AS melemah (seperti yang terjadi pada 2025) atau ketegangan geopolitik meningkat (misalnya, perselisihan dagang AS-Tiongkok), investor melihat potensi kerugian dalam portofolio mereka. Reflection effect memicu pergeseran ke aset seperti emas, yang dipandang sebagai lindung nilai “loss-aversion”. Dinamika ini diperkuat oleh Geopolitical Risk (GPR) Index, yang telah berkontribusi sekitar 4% terhadap imbal hasil emas pada 2025 dengan mendorong aliran dana ke aset safe haven.
Pada paruh pertama 2025, ETF emas seperti GLD menarik 397 ton arus masuk, mendorong kepemilikan menjadi 3.616 ton—level tertinggi sejak 2022. Lonjakan ini didorong oleh investor institusional maupun ritel, dengan kepemilikan ETF Tiongkok naik 70% year-to-date. Aliran dana tersebut mencerminkan pergeseran sentimen global, karena investor semakin memandang emas sebagai penyangga terhadap stagflasi, depresiasi mata uang, dan ketidakpastian kebijakan.
Bank sentral semakin memperkuat tren ini, membeli rata-rata 710 ton emas per kuartal pada 2025. Negara-negara seperti Tiongkok, Türkiye, dan India mempercepat diversifikasi dari cadangan dolar AS, langkah yang sejalan dengan prediksi reflection effect tentang penghindaran risiko di masa kerugian yang dirasakan. Sementara itu, porsi dolar AS dalam cadangan global turun menjadi 57,8% pada akhir 2024, membuat emas lebih mudah diakses oleh pembeli internasional.
Indikator teknikal emas juga menunjukkan fase konsolidasi, dengan posisi long non-komersial di COMEX mencapai rekor tertinggi. Namun, posisi ini masih di bawah puncak era krisis (misalnya, 1.200 ton selama krisis keuangan 2008), menunjukkan masih ada ruang untuk akumulasi lebih lanjut jika ketidakpastian meningkat.
Model perilaku, seperti Heterogeneous Autoregressive (HAR) model yang disesuaikan dengan sentimen investor, menyoroti prediktabilitas volatilitas emas. Penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan investor (yang diambil dari sentimen media sosial) berkorelasi negatif dengan volatilitas realisasi emas. Pada 2025, saat sentimen global memburuk, volatilitas emas justru stabil, memperkuat perannya sebagai jangkar psikologis.
Bagi investor, GLD menawarkan cara yang likuid dan hemat biaya untuk memanfaatkan permintaan emas yang didorong oleh perilaku. Mengingat lanskap makroekonomi saat ini—yang ditandai oleh risiko stagflasi, ketegangan dagang, dan pemotongan suku bunga The Fed—GLD berada pada posisi yang baik untuk mendapatkan manfaat dari arus dana yang menghindari risiko secara berkelanjutan.
Reli emas sebesar 26% year-to-date pada 2025 bukan hanya akibat perubahan makroekonomi, tetapi juga manifestasi dari psikologi investor. Reflection effect menjelaskan mengapa GLD telah menjadi kendaraan pilihan untuk lindung nilai terhadap perilaku pasar yang irasional. Seiring ketegangan geopolitik yang terus berlanjut dan bank sentral terus mendiversifikasi cadangan, peran emas sebagai safe haven psikologis kemungkinan akan semakin kuat. Bagi investor yang ingin menavigasi ketidakpastian di 2025, GLD menawarkan lindung nilai strategis yang berlandaskan perilaku.
Di dunia di mana ketakutan seringkali lebih menggerakkan pasar daripada fundamental, emas—dan secara ekstensi, GLD—tetap menjadi tempat berlindung abadi.