Independensi Federal Reserve, yang merupakan landasan stabilitas ekonomi AS, menghadapi tantangan politik dan hukum yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2025. Serangan publik Presiden Donald Trump terhadap Ketua Fed Jerome Powell dan upayanya untuk memberhentikan Gubernur Lisa Cook atas dugaan pelanggaran terkait hipotek telah memicu perdebatan tentang rapuhnya otonomi bank sentral. Tindakan-tindakan ini, ditambah dengan tekanan fiskal yang lebih luas akibat utang nasional yang melebihi 100% dari PDB, berisiko mengganggu keseimbangan yang rumit antara kebijakan moneter dan fiskal [1]. Secara historis, campur tangan semacam itu telah menyebabkan hasil yang katastrofik, seperti yang terlihat di Argentina dan Turki, di mana bank sentral yang dipolitisasi memicu hiperinflasi dan kehancuran mata uang [4].
Kerangka hukum yang melindungi independensi Fed kini sedang mendapat sorotan. Meskipun hukum AS mengizinkan presiden untuk memberhentikan ketua Fed hanya “dengan alasan tertentu,” upaya Trump untuk memecat Cook—seorang gubernur dengan masa jabatan hingga 2038—telah menimbulkan pertanyaan tentang keberlakuan norma ini [3]. Para ahli hukum memperingatkan bahwa putusan Mahkamah Agung yang mendukung kekuasaan eksekutif dapat menciptakan preseden berbahaya, mengikis kredibilitas Fed dan kepercayaan global terhadap institusi keuangan AS [5]. Ketidakpastian ini telah memengaruhi perilaku pasar: imbal hasil obligasi melonjak menjadi 4,8% untuk Treasury 30 tahun, dan harga emas mencapai $3.499,88 pada kuartal kedua 2025 saat investor melakukan lindung nilai terhadap inflasi dan volatilitas kebijakan [5].
Paralel sejarah menyoroti risiko politisasi kebijakan moneter. Pada tahun 1970-an, tekanan era Nixon terhadap Fed untuk mempertahankan suku bunga rendah memperburuk stagflasi, periode inflasi tinggi dan pertumbuhan stagnan yang memerlukan koreksi menyakitkan di bawah Paul Volcker pada 1980-an [3]. Saat ini, dinamika serupa mengancam untuk muncul kembali. Efek Cantillon—di mana penerima likuiditas awal memperoleh keuntungan secara tidak proporsional—telah memiringkan valuasi aset, seperti yang terlihat pada krisis 2008 dan penjualan saham teknologi tahun 2022 [2]. Pemotongan suku bunga yang didorong oleh politik dapat semakin mendistorsi pasar, menggelembungkan gelembung aset sekaligus mengikis kemampuan Fed untuk merespons sinyal ekonomi yang sebenarnya.
Investor sedang menyesuaikan strategi sebagai respons terhadap ancaman ini. Sektor defensif seperti kesehatan dan utilitas berkinerja lebih baik, sementara industri yang sensitif terhadap suku bunga tertinggal [5]. Pasar pendapatan tetap lebih memilih aset yang terlindungi inflasi seperti TIPS dan emas, dengan bank sentral mendiversifikasi cadangan ke aset non-dolar seiring pangsa global dolar menurun dari 71% pada 1999 menjadi 57% pada 2025 [1]. Pasar negara berkembang dan aset alternatif semakin diminati sebagai pusat diversifikasi di tengah tren de-dolarisasi [5].
Taruhannya melampaui batas AS. Independensi Fed secara historis telah menopang peran dolar sebagai mata uang cadangan global dan stabilitas keuangan. Kehilangan otonomi dapat memicu de-dolarisasi, inflasi yang lebih tinggi, dan evaluasi ulang arus modal [5]. Penurunan inflasi baru-baru ini di Argentina di bawah reformasi Javier Milei menggambarkan manfaat pemulihan independensi bank sentral, yang kontras dengan risiko kebijakan yang dipolitisasi [4].
Bagi investor, jalan ke depan membutuhkan kewaspadaan. Mendiversifikasi portofolio, melindungi risiko inflasi dengan komoditas atau aset riil, dan memantau hasil hukum dari tantangan terhadap independensi Fed adalah hal yang krusial. Struktur pengambilan keputusan kolektif Fed, khususnya melalui FOMC, menawarkan beberapa perlindungan dari campur tangan politik sepihak, namun implikasi jangka panjangnya bergantung pada ketahanan institusi [5].
Sumber: [1] The Erosion of Fed Independence and Its Impact on Global Financial Markets [2] Federal Reserve Independence: The Unseen Engine of Long-Term Asset Valuations [3] The Importance of Fed Independence [4] What Happens If Trump Gets Control of the Fed? Warnings From Argentina and Turkey [5] Challenges to Fed Independence