Bitcoin saat ini dinilai undervalued menurut JPMorgan. Dalam sebuah catatan yang ditandatangani oleh analis Nikolaos Panigirtzoglou, bank Amerika tersebut memperkirakan bahwa BTC seharusnya mencapai 126.000 dolar pada akhir tahun ini, mengingat volatilitasnya yang secara historis rendah. Seiring profil risiko-keuntungannya mendekati emas, bitcoin mungkin sedang memasuki fase paling krusial dari adopsi institusionalnya. Ini adalah proyeksi yang penuh makna bagi para pengalokasi modal besar.
Sementara Bull run-nya berlanjut, analis JPMorgan yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou percaya bahwa harga bitcoin saat ini terlalu rendah dibandingkan emas, mengingat penurunan volatilitasnya yang spektakuler.
Menurut mereka, bitcoin telah mengalami penurunan volatilitas tahunan dari hampir 60% di awal tahun menjadi sekitar 30% saat ini, yang merupakan titik terendah secara historis. Penurunan signifikan ini, menurut bank, merupakan elemen fundamental dalam penilaian ulang aset tersebut.
“Ya, inilah proyeksi yang kami sampaikan dalam catatan kami, yang kami harapkan tercapai pada akhir tahun,” jelas Panigirtzoglou, merujuk pada target mereka sebesar 126.000 $ pada akhir tahun.
Dalam analisis mereka, para ahli JPMorgan menekankan konvergensi yang semakin besar antara bitcoin dan emas terkait profil risiko/keuntungan. Transformasi ini didasarkan pada beberapa elemen kunci:
Pembacaan teknis ini memberikan kerangka nyata bagi proyeksi JPMorgan, sekaligus menyoroti perubahan mendalam dalam persepsi bitcoin di dalam keuangan tradisional.
Di luar sekadar penurunan volatilitas, JPMorgan mengungkap fenomena kunci lain dalam tren bullish bitcoin: meningkatnya minat bendahara korporasi terhadap aset ini. Kini, lebih dari 6% dari total pasokan BTC dipegang oleh perusahaan publik, sebuah fenomena yang memainkan peran sentral dalam stabilisasi pasar.
Analis membandingkan dinamika ini dengan apa yang diamati setelah krisis 2008, ketika quantitative easing bank sentral menetralkan pergerakan pasar obligasi dengan menyerap sebagian besar surat berharga. “Akumulasi oleh perusahaan bekerja dengan cara yang sama di pasar bitcoin,” kata para analis, merujuk pada efek “passive lock-up” dari pasokan yang tersedia.
Pergerakan ini diperkuat oleh efek domino dari inklusi dalam indeks saham global, faktor yang sering diabaikan namun krusial. Penambahan Strategy oleh Michael Saylor ke beberapa tolok ukur utama menghasilkan arus pasif baru, sementara Metaplanet, yang baru-baru ini dipromosikan ke status mid-cap di indeks FTSE Russell, bergabung dengan FTSE All-World Index, memicu pembelian otomatis.
Selain itu, KindlyMD, perusahaan yang terdaftar di Nasdaq, baru saja mengajukan permohonan untuk mengumpulkan hingga 5 miliar dolar, dengan strategi yang secara tegas berfokus pada bitcoin sebagai cadangan kas utama. Terakhir, Adam Back dan perusahaannya BSTR bertujuan untuk bersaing dengan Marathon Digital untuk menjadi pemegang BTC korporasi terbesar kedua, di belakang Strategy.
Semua dinamika ini menggambarkan kontur perubahan struktural dalam peran bitcoin di dunia bisnis. Laju akumulasi strategis ini, dipadukan dengan penurunan volatilitas, memperkuat argumen bahwa bitcoin tidak lagi sekadar aset spekulatif, melainkan alat manajemen neraca yang sepenuhnya. Jika tren ini semakin intensif, perusahaan bisa saja menjadi penentu siklus bullish berikutnya, sebuah perubahan mendalam di pasar crypto dengan kapitalisasi 4.000 miliar dolar, dengan implikasi jangka panjang bagi valuasi, likuiditas, dan integrasinya ke dalam portofolio global.