Mandat ganda Federal Reserve—untuk mencapai lapangan kerja maksimum dan harga yang stabil—selalu menjadi tindakan penyeimbangan. Namun, pada pertengahan 2025, ekonomi AS menghadirkan paradoks: inflasi tetap membandel di atas target 2%, sementara tingkat pengangguran berada di dekat titik terendah dalam sejarah. Ketegangan ini menuntut pendekatan yang bernuansa terhadap alokasi aset, yang memperhitungkan keterbatasan kebijakan The Fed serta pergeseran struktural yang membentuk kembali pasar tenaga kerja dan dinamika harga.
Tingkat inflasi AS selama 12 bulan berada di angka 2,7% pada Juli 2025, tidak berubah dari Juni, dengan CPI inti naik 0,3% secara bulanan [1]. Meskipun ini menunjukkan sedikit moderasi dibandingkan awal tahun, persistensi inflasi—khususnya di sektor jasa dan perumahan—menunjukkan bahwa tekanan harga belum sepenuhnya terkendali. Sementara itu, tingkat pengangguran tetap di 4,2%, tingkat yang konsisten dengan estimasi The Fed tentang lapangan kerja penuh [1]. Namun, pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda kerapuhan: rata-rata pertumbuhan pekerjaan tiga bulan turun menjadi 35.000, dari 258.000 pada Mei dan Juni setelah revisi [3].
Dualitas ini—inflasi moderat dan pengangguran rendah—menciptakan dilema kebijakan. Bias pengetatan berisiko memperburuk kelemahan pasar tenaga kerja, sementara kebijakan akomodatif dapat memperpanjang tekanan inflasi. Keputusan terbaru The Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga mencerminkan kehati-hatian ini, namun jalur ke depan tetap tidak pasti.
Lanskap ekonomi yang terus berkembang mengharuskan investor untuk memikirkan kembali strategi alokasi aset tradisional. Tiga tren utama perlu mendapat perhatian:
Divergensi Sektoral dalam Lapangan Kerja: Sektor kesehatan dan bantuan sosial menambah 73.000 pekerjaan hanya pada Juli, menyumbang hampir seluruh pertumbuhan pekerjaan bersih [1]. Ini menunjukkan pergeseran struktural ke industri padat karya, yang mungkin menguntungkan ekuitas di sektor ini namun menimbulkan risiko bagi pasar obligasi jika pertumbuhan upah melampaui produktivitas.
Pengangguran Jangka Panjang: Jumlah individu yang menganggur dalam jangka panjang naik menjadi 1,8 juta pada Juli, mewakili 24,9% dari total pengangguran [1]. Tren ini dapat menandakan hilangnya fleksibilitas pasar tenaga kerja, yang berpotensi menyebabkan inflasi upah yang melampaui pertumbuhan produktivitas—resep klasik untuk stagflasi.
Partisipasi Angkatan Kerja: Tingkat partisipasi sebesar 62,2% mencerminkan penurunan selama setahun terakhir, didorong oleh pergeseran demografis dan pengangguran tersembunyi yang terus-menerus [1]. Menyusutnya jumlah tenaga kerja dapat memaksa The Fed untuk mentoleransi inflasi yang lebih tinggi guna menghindari jebakan likuiditas ekonomi.
Mengingat dinamika ini, pengalokasi aset harus memprioritaskan fleksibilitas dan lindung nilai terhadap ketidakpastian makroekonomi:
Mandat ganda The Fed kini bukan lagi kerangka kebijakan yang sederhana, melainkan cerminan tantangan struktural yang lebih dalam. Investor harus menavigasi kompleksitas ini dengan menyeimbangkan eksposur terhadap risiko pertumbuhan dan inflasi, sambil menjaga likuiditas untuk memanfaatkan peluang yang muncul.
[1] Consumer Price Index Summary - 2025 M07 Results, [2] Current US Inflation Rates: 2000-2025, [3] Jobs and unemployment