Adopsi institusional terhadap XRP telah mencapai titik kritis, didorong oleh alokasi strategis treasury korporasi dan kejelasan regulasi. Investasi terbaru senilai $17 juta oleh perusahaan game dan blockchain Jepang, Gumi—sebagai bagian dari strategi dual-asset bersama Bitcoin—mencontohkan perubahan ini. Dengan mengakuisisi ¥2,5 miliar ($17 juta) dalam bentuk XRP melalui pembelian bertahap dari September 2025 hingga Februari 2026, Gumi memposisikan dirinya untuk memanfaatkan utilitas XRP dalam pembayaran lintas negara dan penyediaan likuiditas, sambil memanfaatkan kemitraannya dengan SBI Holdings, salah satu pendukung utama ekosistem Ripple [1]. Langkah ini menegaskan peran XRP yang semakin berkembang sebagai aset cadangan strategis, terutama di pasar di mana kecepatan, efisiensi biaya, dan keselarasan regulasi sangat penting.
Treasury korporasi semakin banyak mengadopsi aset berbasis blockchain untuk mengoptimalkan likuiditas dan mengurangi gesekan dalam operasi global. Waktu penyelesaian XRP yang kurang dari 5 detik dan biaya per transaksi sebesar $0,0004 menjadikannya alternatif menarik dibandingkan sistem tradisional seperti SWIFT, yang seringkali mengalami keterlambatan dan biaya perantara yang tinggi [2]. Sebagai contoh, On-Demand Liquidity (ODL) milik Ripple memproses transaksi lintas negara senilai $1,3 triliun pada kuartal kedua 2025, menunjukkan skalabilitas dan utilitas nyata di dunia nyata [3].
Investasi Gumi sejalan dengan tren yang lebih luas: perusahaan seperti Nature’s Miracle Holding Inc. ($20 juta), Trident Digital Tech Holdings ($500 juta), dan Webus International ($300 juta) telah mengalokasikan sebagian besar cadangan mereka ke XRP, seringkali dipadukan dengan strategi staking dan penghasil imbal hasil [2]. Alokasi ini mencerminkan pergeseran dari melihat cryptocurrency sebagai aset spekulatif menjadi pengakuan atas nilai operasionalnya dalam infrastruktur keuangan.
Klasifikasi ulang XRP sebagai komoditas oleh U.S. Securities and Exchange Commission (SEC) pada akhir 2024 semakin mempercepat adopsi institusional. Kejelasan regulasi ini telah mendorong 92 pengajuan ETF XRP pada tahun 2025, dengan proyeksi arus masuk sebesar $4,3–$8,4 miliar, menandakan permintaan yang kuat dari investor institusional [3]. Kemitraan Gumi dengan SBI Holdings—salah satu kolaborator utama Ripple—juga menyoroti pentingnya keselarasan ekosistem dalam mengurangi risiko regulasi dan meningkatkan likuiditas [1].
Selain itu, utilitas XRP dalam model treasury majemuk semakin mendapatkan perhatian. Sebagai contoh, kolaborasi VivoPower International dengan Flare untuk menghasilkan imbal hasil dari kepemilikan XRP menggambarkan bagaimana korporasi memanfaatkan blockchain untuk menciptakan pool likuiditas yang berkelanjutan [2]. Strategi semacam ini memperkuat proposisi nilai jangka panjang XRP, terutama di pasar di mana aset tradisional tidak memiliki efisiensi yang sebanding.
Investasi Gumi sebesar $17 juta bukanlah peristiwa yang terisolasi, melainkan pertanda pergeseran institusional yang lebih besar. Dengan mengintegrasikan XRP ke dalam strategi treasury-nya, Gumi bertaruh pada peran XRP dalam remitansi lintas negara, solusi likuiditas, dan penghasil imbal hasil. Seiring semakin banyak korporasi mengikuti jejak ini—didukung oleh efisiensi XRP, dorongan regulasi, dan kemitraan ekosistem—apresiasi nilai jangka panjang aset ini menjadi semakin tak terelakkan. Bagi investor, momentum ini menghadirkan peluang unik untuk selaras dengan aset asli blockchain yang sedang membentuk ulang infrastruktur keuangan global.
Sumber:
[1] Japanese Game Developer Gumi to Acquire 2.5 Billion Yen
[2] XRP Is Becoming a Corporate Reserve Asset
[3] XRP's Strategic Value in Institutional Portfolios