Investor di Strategy Inc. secara sukarela telah mencabut gugatan class action terhadap perusahaan dan executive chairman-nya, Michael Saylor, terkait risiko yang terkait dengan investasi Bitcoin mereka. Kasus ini, yang awalnya diajukan oleh firma hukum Pomerantz LLP yang berbasis di New York pada Mei 2025, menuduh Strategy menyesatkan pemegang saham terkait profitabilitas dan risiko yang terkait dengan strategi akuisisi Bitcoin yang agresif. Para penggugat berpendapat bahwa perusahaan gagal mengungkapkan dampak keuangan penuh dari perubahan standar akuntansi terbaru yang berkaitan dengan aset kripto, sehingga meremehkan risiko dari kepemilikan Bitcoin dalam jumlah besar [1].
Gugatan tersebut mengklaim bahwa Strategy melanggar undang-undang sekuritas federal dengan meremehkan volatilitas dan risiko dari investasi Bitcoin mereka. Secara khusus, gugatan tersebut menuduh bahwa perusahaan tidak sepenuhnya menginformasikan kepada investor tentang potensi dampak dari penerapan Accounting Standards Update (ASU) No. 2023-08, yang mewajibkan aset kripto dinilai berdasarkan harga pasar dan dilaporkan langsung dalam pendapatan [4]. Namun, penggugat utama—termasuk Anas Hamza, yang mengajukan keluhan awal—memilih untuk menarik klaim mereka. Pengadilan telah menolak kasus ini dengan prejudice, yang berarti para penggugat ini tidak dapat mengajukan kembali klaim yang sama [3].
Strategy, yang memegang 632.457 Bitcoin senilai sekitar $68,5 billions, tetap menjadi pemegang korporasi terbesar dari cryptocurrency tersebut. Posisi ini menjadi inti dari strategi bisnis mereka, terutama sejak Saylor mengambil alih kepemimpinan pada Agustus 2020 dan secara konsisten menganjurkan Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang fiat. Meskipun kasus ini telah ditolak, hal ini menyoroti tantangan yang dihadapi korporasi saat mengintegrasikan aset digital yang volatil ke dalam neraca mereka. Para ahli hukum menekankan perlunya transparansi yang lebih besar dari perusahaan treasury kripto, karena investor tetap waspada terhadap risiko yang terkait dengan eksposur Bitcoin yang signifikan [3].
Pencabutan gugatan ini dapat dianggap sebagai kemenangan bagi industri treasury kripto secara lebih luas, terutama karena perusahaan lain telah mengikuti jejak Strategy dalam mengakuisisi Bitcoin dan aset serupa. Kasus ini juga menimbulkan pertanyaan tentang implikasi dari standar akuntansi baru dan apakah korporasi telah cukup mengungkapkan risiko dari investasi semacam itu. Terlepas dari hasilnya, perdebatan tentang peran yang tepat bagi korporasi di ranah cryptocurrency kemungkinan akan terus berlanjut, dengan investor dan regulator terus memantau Strategy secara ketat [1].
Meskipun penggugat utama telah mencabut klaim mereka, pengadilan tidak mengesahkan kasus ini sebagai class action, sehingga masih ada kemungkinan pemegang saham lain dapat mengajukan gugatan terpisah. Strategy sebelumnya telah menyatakan niatnya untuk "membela dengan tegas" tuduhan tersebut, dengan menegaskan bahwa pengungkapan mereka tentang risiko Bitcoin dan praktik akuntansi sudah akurat dan lengkap. Perusahaan juga terus memperluas kepemilikan Bitcoin mereka melalui aktivitas pendanaan terbaru, termasuk penerbitan saham baru [4]. Para analis dan pengamat hukum mencatat bahwa kasus ini menyoroti lanskap hukum yang terus berkembang seputar investasi kripto korporasi dan perlunya pengungkapan risiko yang jelas dan konsisten.
Pasar yang lebih luas bereaksi dengan hati-hati terhadap perkembangan ini, dengan harga saham Strategy turun sedikit dalam beberapa hari setelah pencabutan gugatan. Namun, pergerakan harga saham perusahaan sebagian besar mencerminkan tren pasar yang lebih luas, seperti yang terlihat pada keterkaitannya dengan Nasdaq Index [3]. Sementara itu, harga Bitcoin tetap mengalami volatilitas khasnya, dengan para kritikus menekankan perlunya kehati-hatian dan transparansi korporasi dalam mengelola aset semacam itu.
Sumber: