Kemunculan arsitektur BlockDAG sebagai alternatif terhadap teknologi blockchain tradisional sedang membentuk ulang lanskap cryptocurrency dan sistem buku besar terdistribusi. Berbeda dengan blockchain konvensional yang mengandalkan rantai blok linear, BlockDAG menggunakan struktur directed acyclic graph (DAG) yang memungkinkan validasi beberapa transaksi secara bersamaan. Pergeseran struktural ini meningkatkan skalabilitas dan mengurangi latensi, sehingga semakin menarik untuk aplikasi yang membutuhkan throughput tinggi dan pemrosesan waktu nyata.
Integrasi Proof-of-Work (PoW) dengan struktur DAG sangat patut diperhatikan. Dalam model hibrida ini, PoW digunakan untuk mengamankan jaringan, sementara DAG menangani validasi transaksi. Kombinasi ini memungkinkan platform mencapai tingkat transaksi per detik (TPS) yang lebih tinggi tanpa mengorbankan keamanan. Sebagai contoh, beberapa proyek telah melaporkan angka TPS melebihi 10.000, yang merupakan lompatan signifikan dari 7–15 TPS pada Bitcoin dan 45–70 TPS pada Ethereum.
Selain itu, model hibrida DAG + PoW menarik perhatian karena potensinya untuk mengurangi konsumsi energi dalam jangka panjang. Meskipun PoW sering dikritik karena permintaan energinya yang tinggi, kemampuan pemrosesan paralel DAG dapat mengurangi kebutuhan sumber daya komputasi yang ekstensif per transaksi. Efisiensi ini dapat menjadikannya opsi yang lebih berkelanjutan dibandingkan sistem blockchain tradisional, terutama seiring meningkatnya perhatian terhadap isu lingkungan di ranah kripto.
Adopsi model ini juga memengaruhi sentimen investor. Baik investor institusional maupun ritel mulai mengeksplorasi proyek berbasis DAG sebagai aset jangka panjang potensial, khususnya yang menunjukkan kasus penggunaan jelas di luar perdagangan spekulatif. Beberapa proyek ini berfokus pada bidang seperti manajemen rantai pasok, verifikasi identitas, dan decentralized finance (DeFi), di mana throughput tinggi dan latensi rendah sangat krusial.
Meski minat terus tumbuh, tantangan masih ada. Model DAG + PoW masih berada pada tahap awal pengembangan dan menghadapi isu seperti ketidakpastian regulasi serta kurangnya protokol standar. Faktor-faktor ini dapat memperlambat adopsi secara luas dan memerlukan inovasi lebih lanjut untuk diatasi. Namun demikian, potensi model ini untuk mengatasi keterbatasan utama blockchain menempatkannya sebagai alternatif menarik bagi generasi berikutnya dari sistem terdesentralisasi.
Sumber: