Pasar cryptocurrency, yang dikenal dengan volatilitasnya dan sensitivitasnya terhadap guncangan makroekonomi serta sentimen, telah lama menjadi ajang uji coba untuk strategi investasi kontrarian. Penurunan yang didorong oleh ketakutan—yang dipicu oleh tindakan keras regulasi, keruntuhan sistemik (misalnya, Terra-Luna), atau krisis global—sering kali menciptakan salah harga yang, ketika diidentifikasi melalui analisis yang ketat, dapat menjadi sinyal titik masuk bagi investor yang sabar. Pola historis dan indikator sentimen, seperti MVRV Z-Score dan rasio long/short derivatif, menawarkan kerangka kerja untuk menguraikan peluang-peluang ini.
Crash besar di crypto secara konsisten mengungkap dinamika sentimen yang khas. Sebagai contoh, crash yang disebabkan pandemi pada Maret 2020 membuat Bitcoin anjlok lebih dari 50% dalam satu hari, didorong oleh kepanikan yang tersinkronisasi di seluruh pasar global [3]. Demikian pula, keruntuhan Terra-Luna tahun 2022 mengungkapkan kerentanan pada stablecoin algoritmik, memicu penurunan nilai Luna sebesar 90% dan aksi jual yang lebih luas [6]. Peristiwa-peristiwa ini menyoroti bagaimana sentimen—baik yang didorong oleh ketakutan akan penularan maupun ketidakpastian regulasi—dapat memperkuat penurunan harga. Namun, mereka juga menyoroti tema yang berulang: pasar sering kali mencapai titik terendah ketika sentimen mencapai ekstrem.
MVRV Z-Score, yang menormalkan nilai pasar Bitcoin terhadap nilai realisasinya, telah terbukti menjadi tolok ukur yang andal untuk penilaian rendah. Ketika metrik ini turun di bawah -1.5σ, itu menandakan bahwa sebagian besar pemegang on-chain berada dalam ekuitas negatif, sering kali menjadi sinyal kapitulasi dan potensi rebound. Sebagai contoh, pada Q3 2025, Z-Score turun ke 1,43—tingkat yang secara historis diasosiasikan dengan dasar pasar bull [4]. Hal ini diiringi dengan akumulasi institusional pada kelompok pemegang 1–2 tahun, yang mencapai 23,23% dari suplai, menunjukkan pembelian strategis saat harga turun [4].
Pasar derivatif juga memberikan sinyal penting. Rasio long/short Bitcoin yang dinormalisasi dari level bearish ekstrem 0,44 menjadi 1,03 pada Agustus 2025, mencerminkan berkurangnya dominasi short dan pergeseran menuju posisi spekulatif yang lebih seimbang [1]. Normalisasi ini, bersama dengan lonjakan 211% pada tingkat pendanaan derivatif, mencerminkan pola yang diamati selama fase adopsi institusional tahun 2021 dan bull run yang didorong oleh halving pada 2024 [1]. Pembalikan seperti ini sering kali mendahului pemulihan yang berkelanjutan, karena aktivitas short-covering mendorong momentum naik.
Crash pandemi 2020 menawarkan contoh klasik. MVRV Z-Score Bitcoin mencapai -2,1 pada Maret 2020, bertepatan dengan korelasi 30 hari lebih dari 70% dengan S&P 500 [2]. Namun, periode penjualan yang didorong ketakutan ini diikuti oleh reli parabola, dengan Bitcoin mencapai $64.000 pada Desember 2020. Demikian pula, bear market 2022 melihat Z-Score turun ke -1,6, namun pembelian institusional dan kejelasan regulasi pada 2023 mendorong rebound 150% pada pertengahan 2024 [5]. Kasus-kasus ini menggambarkan bagaimana ekstrem sentimen, ketika dikombinasikan dengan ketahanan on-chain, dapat menciptakan peluang asimetris.
Per Q3 2025, interaksi antara faktor makroekonomi dan on-chain menunjukkan pasar yang semakin matang. Korelasi Bitcoin dengan saham teknologi (+0,52) dan hubungan terbalik dengan dolar AS (-0,29) menyoroti peran gandanya sebagai aset risk-on sekaligus lindung nilai makro [2]. Sementara itu, open interest yang stabil dan tingkat pendanaan yang netral menunjukkan pasar derivatif yang berada dalam keseimbangan, mengurangi risiko likuidasi berantai [4].
Bagi investor kontrarian, kuncinya adalah menyelaraskan indikator sentimen dengan siklus ekonomi yang lebih luas. Proyeksi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve dan dorongan regulasi (misalnya, keputusan utilitas token XRP yang membuka $1.2 billion modal) menciptakan latar belakang yang menguntungkan bagi aset berisiko [4]. Namun, volatilitas tetap menjadi tantangan, sehingga diperlukan strategi diversifikasi yang memanfaatkan sinyal sentimen sekaligus melindungi diri dari risiko makroekonomi [3].
Sejarah menunjukkan bahwa penurunan yang didorong ketakutan di pasar crypto bukanlah akhir, melainkan siklus. Dengan menganalisis indikator sentimen seperti MVRV Z-Score dan rasio derivatif, investor dapat mengidentifikasi penilaian rendah dan memposisikan diri untuk pemulihan. Lanskap saat ini—yang ditandai dengan adopsi institusional, kejelasan regulasi, dan posisi spekulatif yang dinormalisasi—menunjukkan bahwa fase berikutnya dari siklus Bitcoin dapat menawarkan peluang kontrarian yang menarik. Seperti biasa, kuncinya adalah tetap disiplin, berbasis data, dan peka terhadap interaksi yang terus berkembang antara sentimen dan fundamental.
Sumber:
[1] Bitcoin's Derivatives Sentiment Reversal: A Contrarian Buy Signal Emerging
[2] Bitcoin vs US Equities Correlation
[3] Decoupling and Contagion in Bitcoin Markets
[4] Bitcoin, Ethereum , and XRP at a Rare Buying Window
[5] Bitcoin Price Performance Since Halving
[6] Anatomy of a Run: The Terra Luna Crash