Harga Dogecoin (DOGE) telah lama menjadi studi kasus dalam persimpangan antara ekonomi perilaku dan pasar spekulatif. Tidak seperti aset tradisional, nilai DOGE tidak terikat pada fundamental, melainkan pada dinamika emosional dan psikologis dari basis investornya. Dari tahun 2023 hingga 2025, harga DOGE berayun antara puncak euforia dan titik terendah yang didorong oleh kepanikan, dipengaruhi oleh sentimen media sosial, dukungan selebriti, dan efek refleksi—sebuah prinsip ekonomi perilaku yang menjelaskan bagaimana investor membalik preferensi risiko berdasarkan persepsi keuntungan atau kerugian. Bagi investor, memahami kekuatan psikologis ini adalah kunci untuk mengidentifikasi titik masuk taktis di pasar di mana pergeseran sentimen dapat memicu pergerakan eksplosif atau koreksi tajam.
Efek refleksi, yang merupakan dasar dari teori prospek, menggambarkan bagaimana investor menjadi pencari risiko ketika menghadapi potensi keuntungan dan menghindari risiko ketika menghadapi kerugian. Dinamika ini terlihat jelas pada pergerakan harga DOGE. Misalnya, pada kuartal ketiga 2025, DOGE melonjak 52% di tengah gabungan beberapa faktor: kampanye viral di TikTok, akumulasi institusional sebesar $250 juta dalam DOGE, dan spekulasi tentang kemungkinan persetujuan ETF sebesar 80%. Investor ritel, yang didorong oleh FOMO (fear of missing out), berbondong-bondong masuk ke aset ini, memperlakukannya sebagai “blue-chip meme” tanpa memperhatikan kurangnya utilitasnya.
Namun, euforia ini berbalik pada Juli 2025 ketika harga DOGE jatuh di bawah rata-rata pergerakan 200 hari yang krusial di $0,2155. Efek refleksi mulai berlaku: investor yang sebelumnya mengambil posisi long secara agresif tiba-tiba menjadi menghindari risiko, menjual kepemilikan mereka untuk memotong kerugian. Hasilnya adalah penurunan 4,19% dalam satu hari, menggambarkan bagaimana pasar yang digerakkan oleh sentimen dapat berbalik dari mania bullish ke kepanikan bearish hanya dalam hitungan jam.
Perilaku kawanan semakin memperkuat volatilitas DOGE. Platform seperti Reddit r/dogecoin dan TikTok bertindak sebagai katalis emosional, di mana tren viral dan dukungan selebriti—seperti tweet dari Elon Musk—memicu gelombang pembelian atau penjualan. Sebuah studi pada tahun 2025 menemukan bahwa sentimen TikTok saja menyumbang 35% variasi harga DOGE jangka pendek, menyoroti pengaruh besar media sosial. Sebagai contoh, satu postingan dari micro-influencer yang mengklaim “DOGE akan mencapai $1 pada akhir tahun” dapat memicu aksi beli besar-besaran, sementara komentar negatif dari tokoh terkenal dapat membuat harga anjlok.
Mentalitas kawanan ini diperparah oleh bias anchoring, di mana investor terpaku pada target harga yang sewenang-wenang (misal, $0,25, $0,30) dan menyesuaikan perilaku mereka berdasarkan apakah harga berada di atas atau di bawah level tersebut. Hasilnya adalah siklus yang memperkuat diri sendiri: sentimen bullish menarik lebih banyak pembeli, mendorong harga naik, sementara sentimen bearish memicu aksi jual panik, mempercepat penurunan.
Bagi investor yang ingin memanfaatkan volatilitas DOGE, kuncinya terletak pada mengidentifikasi titik balik yang digerakkan oleh sentimen. Salah satu pendekatannya adalah memantau Fear & Greed Index, metrik perilaku yang mengukur sentimen pasar. Pada Agustus 2025, indeks ini mencapai 74 (greed), menandakan kondisi overbought dan potensi koreksi. Sebaliknya, ketika indeks turun ke kisaran “extreme fear” (di bawah 30), ini bisa menjadi peluang beli bagi investor yang toleran terhadap risiko.
Indikator teknikal juga berperan. Harga DOGE saat ini berada di dekat rata-rata pergerakan 200 hari ($0,2155), level krusial yang dapat bertindak sebagai support atau resistance. Breakout di atas level ini bisa menandakan sentimen bullish yang baru, sementara breakdown dapat memicu penurunan lebih lanjut.
Perjalanan harga DOGE adalah bukti kekuatan psikologi investor dalam membentuk pasar. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ekonomi perilaku, meme coin bukanlah investasi dalam arti tradisional, melainkan aset spekulatif yang digerakkan oleh sentimen kolektif. Bagi investor yang bersedia menavigasi rollercoaster emosional, peluang tetap ada—tetapi hanya bagi mereka yang dapat membedakan antara hype dan strategi. Dengan memanfaatkan wawasan perilaku dan taktik disiplin, investor dapat memposisikan diri untuk memanfaatkan volatilitas DOGE tanpa menjadi korban risiko inherennya.