Pasar cryptocurrency, dengan volatilitas yang melekat, berfungsi sebagai laboratorium untuk ekonomi perilaku. Hal ini paling jelas terlihat pada kasus XRP, di mana fluktuasi harga terbaru mengungkapkan bagaimana reflection effect—sebuah prinsip utama dari prospect theory—mempengaruhi keputusan investor. Prinsip ini, di mana individu menjadi enggan mengambil risiko saat untung dan cenderung mengambil risiko saat rugi, memiliki implikasi mendalam untuk waktu masuk dan keluar dalam aset digital.
Perjalanan harga XRP pada Agustus 2025 menawarkan contoh klasik. Pada 18 Agustus, token ini mencapai level tertinggi 30 hari di $3.0890, hanya untuk anjlok ke $2.7766 pada 31 Agustus—penurunan sebesar 9,7%. Penurunan tajam seperti ini memicu perilaku mencari risiko akibat reflection effect pada saat rugi. Investor ritel, menghadapi kerugian di atas kertas, sering bertahan pada posisi dengan harapan harga akan pulih, sementara institusi mungkin mulai membeli di harga lebih rendah. Sebagai contoh, data Santiment menunjukkan alamat whale mengakumulasi 340 juta XRP dalam dua minggu selama penurunan di bulan Agustus, dengan 93% dari kepemilikan ini dalam kondisi profit. Akumulasi strategis ini, meskipun terjadi volatilitas jangka pendek, mencerminkan sikap mencari risiko yang terukur.
Sebaliknya, ketika XRP mendekati puncaknya di akhir Juli (mencapai $3.66596 pada 18 Juli), sikap enggan risiko mendominasi. Investor mengunci keuntungan, berkontribusi pada penurunan bulanan sebesar 6,61% pada 1 September. Pola ini mencerminkan pasar tradisional, di mana investor terlalu cepat menjual aset yang untung dan terlalu lama menahan aset yang rugi. Namun, psikologi unik crypto—yang didorong oleh FOMO dan ketidakpastian regulasi—memperkuat kecenderungan ini.
Reklasifikasi XRP oleh U.S. Securities and Exchange Commission (SEC) sebagai digital commodity pada Agustus 2025 menandai perubahan penting. Kejelasan regulasi ini mengurangi ambiguitas hukum, mendorong adopsi institusional. Layanan On-Demand Liquidity (ODL) Ripple kini memproses $2.5 billion dalam pembayaran lintas negara untuk lebih dari 300 institusi, sementara program kartu kredit Aplus di Jepang mengonversi poin reward menjadi XRP. Perkembangan ini menandakan transisi dari perdagangan spekulatif ke utilitas nyata, mengubah psikologi investor.
Kepercayaan institusional semakin terlihat dengan pengajuan XRP ETF oleh Amplify Investments, yang dapat menarik $5 billion jika disetujui. Produk seperti ini melayani investor yang enggan risiko dan ingin mendapatkan eksposur terhadap pertumbuhan crypto tanpa kepemilikan langsung, sebuah tren yang berbeda dari kelas aset tradisional.
Untuk memanfaatkan reflection effect, investor harus mengidentifikasi titik psikologis penting. Pola "Cup and Handle" terbaru XRP, dengan level support utama di $2.80, menunjukkan potensi kelanjutan bullish jika harga menembus di atas $3.0122. Indikator teknikal seperti sinyal beli TD Sequential di $2.90 juga mengisyaratkan kemungkinan pembalikan arah.
Untuk strategi pencari risiko, penurunan di bawah $2.80 memberikan peluang untuk akumulasi, karena perilaku whale dan data on-chain menunjukkan pembelian strategis. Sebaliknya, investor yang enggan risiko sebaiknya mempertimbangkan keluar di dekat level resistance (misalnya, $3.0122) untuk mengunci keuntungan, terutama karena korelasi XRP dengan Bitcoin turun ke 0.58 (dari 0.81 pada Juli 2024), yang menandakan pemisahan dari tren crypto yang lebih luas.
Tidak seperti saham, di mana kerugian sering dapat dikurangkan pajak dan likuiditas stabil, investor crypto menghadapi kerugian yang tidak dapat dibalikkan dan fluktuasi likuiditas yang ekstrem. Hal ini memperkuat dampak reflection effect. Sebagai contoh, penurunan 41,2% pada rata-rata alamat aktif harian XRP di Q2 2025 (meskipun ada kenaikan 4% pada total alamat) mencerminkan pergeseran dari perdagangan spekulatif ke kepemilikan strategis. Institusi, yang tidak terbebani oleh bias emosional, telah memanfaatkan perbedaan ini, dengan Ripple membuka 1 billion XRP pada bulan Agustus untuk menyeimbangkan likuiditas dan kelangkaan.
Kesimpulannya, volatilitas XRP bukan hanya akibat dari kekuatan pasar tetapi juga cerminan psikologi manusia. Dengan memahami reflection effect dan perilaku institusional, investor dapat menavigasi pasar dinamis ini dengan lebih presisi. Seiring peran XRP dalam pembayaran lintas negara dan portofolio institusional semakin kuat, perjalanan harganya akan semakin bergantung pada wawasan perilaku daripada spekulasi semata.