Pasar platinum mengalami perubahan besar pada tahun 2025, didorong oleh kombinasi sempurna antara kendala pasokan dan pemulihan permintaan industri yang kuat. Harga telah melonjak 52,19% sejak awal tahun, dengan logam ini diperdagangkan pada $1.406,80 per troy ounce per 1 September 2025. Reli ini bukan lonjakan sementara, melainkan penilaian ulang struktural terhadap nilai platinum di dunia yang sedang menghadapi transisi energi, ketidakstabilan geopolitik, dan ketahanan industri. Bagi investor, pertanyaannya bukan lagi apakah harus bertindak, melainkan bagaimana memposisikan diri untuk pasar yang sedang menulis ulang fundamentalnya.
Afrika Selatan, yang memproduksi lebih dari 80% platinum dunia, telah menjadi pusat krisis pasokan. Pemadaman listrik bergilir, infrastruktur yang menua, dan pemogokan buruh telah memangkas produksi sebesar 24,1% secara tahunan pada 2025. World Platinum Council (WPC) memperkirakan defisit 2025 sebesar 848.000 ounce, dengan defisit struktural rata-rata 727.000 ounce per tahun hingga 2029. Tingkat daur ulang, yang sudah berada di titik terendah dalam sejarah, semakin menyusut seiring persediaan di atas tanah menipis menjadi kurang dari empat bulan permintaan global.
Ketegangan geopolitik memperparah tantangan ini. AS dan China, dua konsumen platinum terbesar, telah memulai kampanye penimbunan agresif. Impor China melonjak 300% secara tahunan pada Q1 2025, sementara gudang AS menyerap 290.000 ounce hanya dalam tiga minggu. Langkah-langkah ini mencerminkan reposisi strategis sumber daya penting di tengah ketidakpastian perdagangan dan kekhawatiran gangguan rantai pasokan. Hasilnya? Pasar dalam kondisi backwardation ekstrem, di mana harga spot diperdagangkan dengan premi 15% dibandingkan kontrak berjangka, menandakan permintaan mendesak untuk pengiriman segera.
Sementara kendala pasokan telah memperketat pasar, katalis utama reli platinum adalah kebangkitan permintaan industri. Sektor otomotif, yang menyumbang 40% konsumsi platinum, berhasil melampaui ekspektasi. Regulasi emisi yang lebih ketat di Eropa dan Asia memaksa produsen mobil meningkatkan penggunaan platinum dalam catalytic converter, meskipun adopsi kendaraan listrik (EV) melambat. World Platinum Investment Council (WPIC) memperkirakan setiap penurunan 1% pangsa pasar EV menambah permintaan platinum sebesar 25.000 ounce per tahun.
Kendaraan hybrid, teknologi transisi antara ICE dan EV, juga memperkuat permintaan. Kendaraan ini tetap menggunakan katalis berbasis platinum untuk komponen pembakarannya, memastikan permintaan tetap ada meski industri terus berkembang. Sementara itu, kendaraan listrik berbahan bakar sel hidrogen (FCEV) muncul sebagai pengubah permainan. Platinum adalah kunci utama dalam tumpukan sel bahan bakar hidrogen, dan WPIC memperkirakan FCEV dapat menambah permintaan tahunan sebesar 3 juta ounce pada tahun 2033.
Bagi investor, tren platinum saat ini menawarkan peluang yang berbeda. Pembeli spot dapat memanfaatkan volatilitas langsung yang didorong oleh ketegangan geopolitik dan guncangan pasokan jangka pendek. Tingkat sewa logam ini yang ekstrem—melonjak hingga 40% pada Q2 2025—menunjukkan pasar di mana platinum fisik langka dan premi tinggi. Lingkungan ini menguntungkan perdagangan taktis, terutama karena probabilitas 88% Federal Reserve AS untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 2025 meningkatkan permintaan lindung nilai inflasi.
Pemegang jangka panjang, sebaliknya, harus fokus pada fondasi struktural pasar. Peran platinum dalam teknologi hidrogen dan pasokannya yang tidak elastis menjadikannya aset strategis di dunia yang sedang dekarbonisasi. Logam ini diperdagangkan dengan diskon 15% dari puncaknya tahun 2008, menawarkan titik masuk menarik bagi mereka yang ingin mendapatkan eksposur pada komoditas yang sentral bagi sistem energi saat ini dan masa depan. Investor juga harus memantau proyeksi defisit WPC dan laju adopsi hidrogen, yang dapat memperpanjang pasar bullish hingga dekade 2030-an.
Tidak ada investasi yang tanpa risiko. Lonjakan harga saat ini telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya “blow-off top”, dengan melemahnya tingkat sewa dan potensi penurunan impor China yang mengindikasikan fase paling akut dari kekurangan pasokan mungkin mulai mereda. Selain itu, permintaan jangka panjang dari sektor otomotif dapat menghadapi hambatan seiring percepatan adopsi EV. Namun, transisi elektrifikasi yang lambat dan peran hidrogen yang semakin besar dalam sistem energi memberikan penyangga terhadap risiko-risiko ini.
Reli platinum tahun 2025 lebih dari sekadar permainan komoditas—ini adalah cerminan dunia yang sedang menghadapi transisi energi, fragmentasi geopolitik, dan ketahanan industri. Bagi investor, logam ini menawarkan kombinasi unik antara volatilitas jangka pendek dan pertumbuhan struktural jangka panjang. Baik melalui perdagangan spot, bullion fisik, atau saham penambang platinum, kuncinya adalah selaras dengan peran ganda logam ini sebagai tulang punggung industri dan lindung nilai geopolitik. Di dunia yang penuh ketidakpastian, platinum terbukti menjadi kombinasi langka antara kebutuhan dan peluang.