SPDR Gold Shares (GLD) ETF telah menjadi barometer sentimen risiko global, dengan trajektori harganya pada 2024–2025 mencerminkan badai sempurna dari volatilitas geopolitik, akumulasi emas oleh bank sentral, dan konfigurasi ulang arus modal global. Saat dunia bergulat dengan lanskap ekonomi yang rapuh—ditandai oleh perang dagang AS-Tiongkok, ketegangan Israel-Iran, dan bayang-bayang ketidakstabilan dolar AS—kinerja GLD menawarkan alasan kuat untuk eksposur taktis terhadap ETF berbasis emas.
Bank sentral telah muncul sebagai kekuatan paling berpengaruh di pasar emas, dengan pembelian mereka pada 2024–2025 melampaui rata-rata historis. Menurut World Gold Council, bank sentral global menambah lebih dari 1.000 ton emas setiap tahun selama tiga tahun berturut-turut, kontras tajam dengan rata-rata 400–500 ton pada dekade sebelumnya. Pada 2025 saja, National Bank of Poland, Central Bank of Kazakhstan, dan Central Bank of Turkey memimpin, dengan Polandia sendiri membeli 67 ton hingga tahun berjalan. Pembelian ini bukan sekadar diversifikasi; ini adalah langkah strategis untuk lindung nilai terhadap sanksi, depresiasi dolar, dan guncangan ekonomi sistemik.
Survei Central Bank Gold Reserves (CBGR) 2025 menegaskan pergeseran ini: 95% bank sentral memperkirakan akan menambah cadangan emas dalam 12 bulan ke depan, dengan 76% memperkirakan emas akan memegang porsi lebih besar dari cadangan global dalam lima tahun. Permintaan institusional ini telah menciptakan lantai fundamental bagi harga emas, yang melonjak ke rekor $3.280,35 per ons pada Q2 2025 (naik 40% year-on-year). Bagi GLD, ini berarti angin penarik langsung. Kepemilikan ETF ini telah tumbuh menjadi 952 ton emas fisik pada pertengahan 2025, dengan aset kelolaan (AUM) melonjak menjadi $101 billion—peningkatan 74% dari 2023.
Ketegangan geopolitik telah memperkuat peran emas sebagai aset safe-haven. Konflik Israel-Iran pada Q2 2025, ditambah dengan kebijakan tarif agresif Presiden AS Donald Trump, memicu pelarian ke emas. Pada April 2025, LBMA Gold Price mencapai $3.500 per ons, didorong oleh kekhawatiran devaluasi mata uang dan ketidakstabilan pasar global. Kinerja buruk dolar AS—paruh pertama terburuk sejak 1973—semakin mendorong permintaan, karena investor mencari alternatif aset fiat.
Arus masuk ke GLD mencerminkan tren ini. Hingga 15 Agustus 2025, ETF ini telah menarik $9,6 billion dalam arus masuk, menjadikannya ETF emas AS dengan kinerja terbaik. ETF emas global, termasuk GLD, secara kolektif menarik $43,6 billion pada 2025, dengan Tiongkok, Inggris, dan Swiss memimpin arus masuk non-AS. Lonjakan ini mencerminkan pergeseran perilaku investor yang lebih luas: sementara permintaan emas fisik di AS menurun (pembelian batangan dan koin turun 53% year-on-year), ETF menjadi kendaraan utama untuk eksposur emas.
Interaksi antara aktivitas bank sentral dan risiko geopolitik menciptakan peluang unik untuk eksposur taktis ke GLD. Berikut alasannya:
Konvergensi akumulasi emas oleh bank sentral dan ketidakpastian geopolitik telah mengubah GLD menjadi aset strategis bagi investor yang menavigasi volatilitas makroekonomi. Sementara permintaan emas fisik di AS menurun, ETF seperti GLD telah muncul sebagai saluran utama untuk eksposur emas. Dengan proyeksi pembelian emas oleh bank sentral yang berlanjut dan risiko geopolitik yang tetap ada, GLD menawarkan alasan kuat untuk eksposur taktis—sebuah lindung nilai bukan hanya terhadap inflasi, tetapi juga terhadap kerentanan sistem keuangan global itu sendiri.