Pasar kripto sedang mengalami pergeseran besar dalam alokasi modal institusional, dengan Ethereum dan altcoin diperkirakan akan mengungguli Bitcoin pada siklus 2025–2026. Realokasi ini didorong oleh infrastruktur Ethereum yang berorientasi pada utilitas, dukungan regulasi, dan kemunculan altcoin dengan hasil tinggi, menandakan transisi struktural daripada anomali siklus.
Dominasi Ethereum dalam arus institusional bukanlah kebetulan. Pada kuartal kedua 2025, ETF Ethereum menyerap 68% dari arus masuk kripto institusional, mengumpulkan $3.9 miliar, sementara ETF Bitcoin mengalami arus keluar sebesar $751 juta [1]. Perbedaan ini berasal dari model pasokan deflasi Ethereum, imbal hasil staking sebesar 3.8–6%, dan peningkatan infrastruktur seperti Dencun dan Pectra, yang menurunkan biaya gas dan meningkatkan skalabilitas [4]. Re-klasifikasi SEC terhadap Ethereum sebagai utility token juga menghilangkan ambiguitas regulasi, memungkinkan perusahaan menawarkan produk berbasis Ethereum tanpa risiko hukum [2].
Investor institusional semakin mengadopsi model alokasi 60/30/10 (60% ETH, 30% BTC, 10% altcoin), mencerminkan peran Ethereum sebagai alat alokasi modal, bukan sekadar penyimpan nilai [4]. Pergeseran ini diperkuat oleh integrasi Ethereum dengan real-world assets (RWA) dan DeFi, yang memberikan utilitas nyata dan imbal hasil. Pada September 2025, 29.6% ETH telah di-stake, menegaskan daya tariknya bagi institusi pencari imbal hasil [4].
Meski altcoin masih terfragmentasi, beberapa proyek mulai mendapatkan perhatian. Solana, misalnya, menembus di atas $200 pada Agustus 2025, memproses 35.000 TPS dengan biaya gas di bawah satu sen, sementara DeFi TVL Avalanche mencapai $9.89 miliar [2]. Data ini menyoroti kemampuan altcoin dalam mengatasi keterbatasan skalabilitas Ethereum dan menarik modal. Kapitalisasi pasar altcoin kini berada di kisaran $1.5–$1.7 triliun, dengan Ethereum sendiri menyumbang porsi signifikan [2].
Adopsi institusional terhadap altcoin semakin cepat. Pada pertengahan 2025, 73% investor institusional yang disurvei memegang cryptocurrency alternatif, dengan keterlibatan DeFi yang diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dalam dua tahun [4]. Kejelasan regulasi, termasuk usulan pencabutan SAB 121 dan penerbitan SAB 122, menyederhanakan akuntansi dan kustodian aset digital, membuka partisipasi dalam proyek dengan utilitas nyata [3].
Secara historis, Bitcoin memimpin bull run, namun Ethereum dan altcoin sering mengungguli di tahap akhir. Misalnya, selama bull run 2021, Ethereum melonjak seiring DeFi dan NFT mendapatkan perhatian [2]. Demikian pula, pada 2025, Ethereum mengungguli Bitcoin sebesar 33% pada Juli, dengan Altcoin Season Index mencapai 43—tanda dominasi altcoin yang mulai muncul [1].
Bull run 2024–2025 melihat Bitcoin mendominasi dengan 64% kapitalisasi pasar, namun angka ini kini turun menjadi 58–60%, menandakan rotasi modal awal ke altcoin [3]. Pola ini mencerminkan siklus sebelumnya di mana dominasi Bitcoin menurun seiring altcoin berkembang, didorong oleh inovasi dan diversifikasi institusional [6].
Faktor makroekonomi memperkuat potensi Ethereum dan altcoin. Pemangkasan suku bunga yang diantisipasi oleh Federal Reserve telah menurunkan biaya modal, mendorong investor mencari imbal hasil lebih tinggi pada aset seperti ETH yang di-stake dan altcoin [3]. Sementara itu, CLARITY Act dan status utility-token Ethereum menciptakan kerangka regulasi yang mendukung partisipasi institusional [1].
Ke depan, Ethereum diproyeksikan mencapai $8.000 pada akhir 2025, dengan altcoin seperti Solana dan XRP menunjukkan potensi breakout [2]. Bitcoin, meski diperkirakan akan melampaui $300.000 pada 2026, mungkin akan kehilangan pangsa terhadap Ethereum seiring utilitas dan skalabilitasnya menarik minat institusi [2].
Pasar kripto sedang bertransisi dari paradigma yang berpusat pada Bitcoin ke ekosistem yang terdiversifikasi di mana Ethereum dan altcoin memainkan peran penting. Investor institusional menyeimbangkan kembali portofolio untuk memanfaatkan imbal hasil Ethereum dan inovasi altcoin, didukung kejelasan regulasi dan dukungan makroekonomi. Bagi investor, strategi barbell—menggabungkan stabilitas Bitcoin dengan utilitas Ethereum dan altcoin berpotensi tinggi—menawarkan jalur menarik untuk menghadapi siklus 2025–2026.