Pada tahun 2025, pasar platinum berada di titik kritis, terjebak di antara guncangan pasokan geopolitik dan kurva permintaan industri yang melambat. Sementara pembatasan ekspor Rusia dan pergeseran sektor otomotif dari mesin pembakaran internal (ICEs) telah menciptakan hambatan, defisit pasokan struktural dan saluran permintaan baru dalam teknologi sel bahan bakar hidrogen sedang membentuk kembali narasi investasi platinum. Bagi investor jangka panjang, pertanyaannya bukan lagi apakah platinum dinilai terlalu rendah, melainkan apakah harga saat ini mencerminkan sepenuhnya kekuatan transformatif tersebut.
Dominasi Rusia dalam sektor logam kelompok platinum (PGM)—menyumbang sekitar 10% dari pasokan platinum global—telah menjadikannya pusat ketegangan geopolitik. Meskipun pembatasan ekspor langsung terhadap platinum masih terbatas, lanskap sanksi yang lebih luas telah memaksa produsen Rusia seperti Nornickel untuk mengalihkan ekspor ke China, di mana permintaan PGM melonjak. Realokasi ini telah menciptakan pasar global yang terfragmentasi, dengan harga di Barat terlepas dari tolok ukur Asia.
Putaran ke-18 sanksi Uni Eropa terhadap Rusia, meskipun tidak secara eksplisit menargetkan platinum, telah memperburuk kekhawatiran akan gangguan pasokan. Sementara itu, AS dan Inggris telah mendorong sekutu G7 untuk memberlakukan tarif pada PGM Rusia, dengan alasan harga dan subsidi yang tidak adil. Petisi Sibanye-Stillwater pada tahun 2025 untuk tarif AS atas paladium Rusia—sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk melindungi produsen domestik—menandakan potensi efek domino bagi platinum. Jika tarif diberlakukan, hal ini dapat memicu struktur harga dua tingkat, di mana pasar Barat membayar premi untuk pasokan non-Rusia sementara pembeli Asia diuntungkan dari ekspor Rusia yang didiskon.
Sektor otomotif, yang secara historis merupakan konsumen platinum terbesar, sedang mengalami transformasi besar. Peran platinum dalam konverter katalitik untuk kendaraan ICE telah menjadi pendorong utama permintaan, namun pergeseran global menuju kendaraan listrik berbasis baterai (BEVs) mengikis basis ini. Pada tahun 2025, World Platinum Investment Council (WPIC) melaporkan bahwa permintaan otomotif untuk platinum mencapai titik tertinggi delapan tahun sebesar 3,245 juta ons, namun angka ini menutupi tren penting: substitusi paladium untuk platinum dalam beberapa aplikasi ICE dan penurunan pangsa pasar kendaraan ICE di negara maju.
Namun, ceritanya tidak sepenuhnya negatif. Kendaraan hibrida dan kendaraan listrik sel bahan bakar hidrogen (FCEVs) muncul sebagai saluran permintaan baru. Efisiensi katalitik platinum dalam produksi hidrogen dan tumpukan sel bahan bakar menempatkannya sebagai kunci dalam transisi energi. Selain itu, perubahan kebijakan AS di bawah Presiden Donald Trump—seperti pengurangan insentif EV—sementara waktu menstabilkan permintaan ICE, memberikan angin segar jangka pendek bagi platinum.
Pergerakan harga platinum pada tahun 2025 ditandai dengan volatilitas, melonjak hingga $1.380 per ons di AS dan $2.023 di Kanada di tengah keterbatasan pasokan. Namun, logam ini tetap sangat undervalued dibandingkan emas, diperdagangkan pada rasio terendah 10 tahun sebesar 1:12. Undervaluasi ini, bagaimanapun, bukanlah peluang beli yang sederhana—ini mencerminkan interaksi kompleks antara risiko dan peluang.
Risiko yang Perlu Dipertimbangkan:
1. Ketidakpastian Geopolitik: Potensi bursa logam mulia yang didukung BRICS dapat semakin mengisolasi PGM Rusia dari pasar Barat, menciptakan asimetri harga.
2. Erosi Permintaan: Jika adopsi BEV meningkat melampaui proyeksi saat ini, peran platinum di sektor otomotif bisa menyusut secara permanen.
3. Keterbatasan Pasokan: Tantangan produksi di Afrika Selatan—yang dipicu oleh pemadaman listrik dan perselisihan tenaga kerja—mengancam memperburuk defisit pasokan.
Peluang yang Dapat Dieksplorasi:
1. Defisit Struktural: WPIC memperkirakan defisit tahunan sebesar 727.000 ons hingga 2029, menciptakan tekanan kenaikan harga seiring menipisnya persediaan.
2. Ekonomi Hidrogen: Peran penting platinum dalam sel bahan bakar hidrogen dapat membuka permintaan baru, terutama di sektor industri dan transportasi.
3. Potensi Arbitrase: Perbedaan harga antara pasar Barat dan Asia menawarkan peluang bagi investor yang ahli dalam logistik.
Bagi investor jangka panjang, undervaluasi platinum saat ini menawarkan titik masuk strategis, tetapi hanya bagi mereka yang siap menghadapi volatilitasnya. Kuncinya adalah menyeimbangkan eksposur terhadap risiko sisi pasokan dengan potensi inovasi sisi permintaan.
Kesimpulannya, profil investasi platinum pada tahun 2025 ditentukan oleh dualitas: rantai pasokan yang rapuh dan lanskap permintaan yang berubah. Meskipun risikonya besar, peran logam ini dalam teknologi lama dan baru memastikan relevansinya di dunia yang menuju dekarbonisasi. Bagi investor dengan cakrawala jangka panjang, undervaluasi platinum saat ini mungkin mewakili peluang langka untuk memanfaatkan pasar yang sedang bertransisi.