Pada hari Jumat minggu ini, pasar saham AS anjlok secara menyeluruh, Nasdaq turun lebih dari 3%—terburuk dalam setengah tahun terakhir, pasar mencium aroma bahaya.
Apakah bull market sudah mendekati akhir? Legenda investor Wall Street, Paul Tudor Jones, dalam beberapa hari terakhir memperingatkan bahwa pasar mungkin masih akan mengalami kenaikan kuat, namun pada saat yang sama juga telah memasuki tahap akhir bull market. Ia percaya, kenaikan akan terealisasi lebih awal, diikuti oleh pembalikan tajam.
Pola ini adalah akhir bersama dari semua fase pasar spekulatif dan "melt-up". Saat "melt-up", biasanya disertai dengan imbal hasil paling tinggi dan volatilitas paling tajam, juga menandakan risiko yang semakin menumpuk.
Saat ini, psikologi pasar mungkin telah menjadi semakin rapuh. Investor senior Leon Cooperman mengutip peringatan dari Warren Buffett, bahwa ketika pasar memasuki tahap di mana strategi apa pun bisa menghasilkan uang, perilaku massa pun beralih dari investasi rasional menjadi "takut ketinggalan" (FOMO). Menurutnya, kenaikan saat ini telah terlepas dari dukungan fundamental seperti laba atau suku bunga, dan murni didorong oleh kenaikan harga itu sendiri.
Yang lebih patut diwaspadai, menurut analis Bloomberg Simon White, pasar telah memasuki pola berbahaya "berita buruk adalah berita baik". Pada tahap ini, data ekonomi yang lemah justru mendorong kenaikan pasar saham, karena investor bertaruh bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan moneter. Fenomena aneh ini pernah terjadi sebelum puncak utama pasar dalam beberapa kali terakhir.
Pesta Terakhir? Sejarah Mirip 1999
Lingkungan pasar saat ini sangat mirip dengan masa gelembung internet tahun 1999. Paul Tudor Jones menunjukkan, tahun terakhir bull market sering kali menghasilkan keuntungan paling besar, namun juga disertai dengan peningkatan volatilitas.
Seperti yang dianalisis oleh artikel RealInvestmentAdvice.com, di inti setiap gelembung selalu ada sebuah cerita. Cerita tahun 1999 adalah internet, sedangkan cerita tahun 2025 adalah kecerdasan buatan (AI), keduanya membawa imajinasi besar tentang restrukturisasi industri dan ledakan produktivitas.
Kemiripan ini tercermin pada aspek psikologis. Saat itu, investor berbondong-bondong masuk pasar karena "takut ketinggalan", mendorong rasio P/E perusahaan seperti Cisco melebihi 100 kali. Kini, narasi "jika AI akan mengubah segalanya, Anda tidak boleh melewatkannya" mendorong perilaku yang sama.
Meski likuiditas yang melimpah, defisit fiskal besar, dan penurunan suku bunga bank sentral global masih menopang bull market, faktor-faktor ini juga menjadi akar ketidakstabilan pasar. Ketika hampir semua kelas aset—dari saham blue chip hingga emas, bitcoin—mencapai rekor tertinggi dan sangat berkorelasi, satu pembalikan bisa memicu reaksi berantai.
Indikator Buffett Menyala Merah & Risiko Narasi
Ketika pasar digerakkan oleh narasi, bukan fundamental, risiko datang secara diam-diam. Leon Cooperman memperingatkan, investor membeli hanya karena harga naik, perilaku seperti ini "tidak pernah berakhir baik".
Indikator Buffett, yang mengukur rasio total kapitalisasi pasar terhadap PDB, telah melampaui 200%, melebihi semua level ekstrem dalam sejarah, menandakan pasar saham telah sangat terlepas dari ekonomi riil.
Risikonya adalah, ketika semua orang membuat "narasi rasionalisasi" untuk kenaikan aset yang mereka miliki, konsensus menjadi sangat padat. Seperti kata maestro investasi Bob Farrell: "Ketika semua ahli dan prediksi sepakat, sesuatu yang lain akan terjadi."
Saat ini, hampir semua investor memperkirakan harga akan terus naik, taruhan satu arah seperti ini membuat pasar sangat sensitif terhadap berita negatif sekecil apa pun, yang bisa memicu reaksi berlebihan yang tidak proporsional.
Sinyal Berbahaya "Berita Buruk adalah Berita Baik"
Menurut analisis Simon White dari Bloomberg, pasar yang memasuki pola "berita buruk adalah berita baik" adalah ciri penting bahwa puncak sedang terbentuk. Investor mengabaikan perlambatan ekonomi, justru bersorak karena berharap Federal Reserve akan turun tangan menyelamatkan pasar. Data historis menunjukkan, mekanisme ini pernah muncul sebelum tiga puncak utama pasar terakhir, serta sebelum puncak pasar tahun 2011 dan 2015.
Namun, analisis ini juga memberikan dua peringatan. Pertama, mekanisme ini bisa bertahan beberapa bulan sebelum pasar benar-benar mengalami koreksi.
Kedua, dalam dua dekade terakhir, pola ini juga pernah muncul di pertengahan bull market.
Namun, mengingat potensi over-investasi di bidang AI saat ini, valuasi rekor, dan gelembung spekulatif yang semakin besar, tidak ada yang berani memastikan ini hanyalah "istirahat paruh waktu".
