Seiring XRP terus diperdagangkan di bawah $2,3, diskusi mengenai kelangkaan jangka panjang dan sifat deflasionernya kembali menarik perhatian.
XRP Ledger, yang dikenal dengan pasokan tetap sebanyak 100 miliar token, secara bertahap membakar XRP melalui biaya transaksi. Saat ini, pembakaran di XRPL rata-rata sekitar 5.000 token per hari.
Meski skalanya kecil, beberapa analis percaya bahwa pembakaran bertahap ini, dikombinasikan dengan peningkatan aktivitas jaringan di masa depan, dapat secara signifikan mengurangi total pasokan XRP dalam dekade mendatang.
Dalam skenario ini, jika permintaan tetap sama dan pasokan menyusut sebesar 40%, harga bisa berada di sekitar $4,17, menurut model valuasi proporsional. Ini mewakili kenaikan 49% dari level saat ini, yang didorong semata-mata oleh kelangkaan, bukan pertumbuhan permintaan.
Sementara itu, pergerakan harga di kripto jarang hanya bergantung pada pasokan. Kinerja jangka panjang XRP akan sangat bergantung pada katalis dari sisi permintaan. Ini termasuk adopsi institusional, volume pembayaran melalui RippleNet, dan pertumbuhan penyelesaian tokenisasi di XRP Ledger.
Jika utilitas global berkembang, terutama melalui solusi pembayaran Ripple, integrasi keuangan, dan perbendaharaan perusahaan, kombinasi antara permintaan yang meningkat dan pasokan yang menyusut dapat memperkuat kenaikan harga.
Misalnya, kenaikan permintaan sebesar 50% bersamaan dengan pemotongan pasokan sebesar 40% secara teoritis dapat mendorong XRP menuju $6,25. Sementara itu, dengan permintaan yang berlipat ganda, harga bisa melampaui $8.
Namun, dampak deflasi menjadi lebih nyata jika aktivitas jaringan meningkat. Jika XRP membakar 15.000 hingga 20.000 token per hari—tiga hingga empat kali lipat dari tingkat saat ini—total pasokannya bisa menyusut lebih agresif.
Pada tahun 2035, laju pembakaran yang lebih intensif seperti ini dapat menghapus lebih dari 100 juta XRP. Pengetatan likuiditas yang beredar ini menunjukkan harga bisa mencapai kisaran $12–$16, dengan asumsi permintaan tetap konstan.
Terlepas dari perhitungan yang optimis, pengurangan pasokan sebesar 40% pada tahun 2035 tetap menjadi tantangan besar. Tingkat pembakaran saat ini sebesar 5.000 XRP per hari setara dengan sekitar 1,8 juta XRP per tahun, atau sekitar 20 juta XRP yang terbakar hingga tahun 2035.
Itu hanya sebagian kecil dari total pasokan. Untuk mencapai guncangan pasokan yang signifikan, penggunaan jaringan XRP harus meningkat secara eksponensial untuk mendorong biaya transaksi yang lebih tinggi dan pembakaran yang lebih cepat.
Meski begitu, pasokan maksimum XRP yang tetap dan model deflasi yang stabil memberikan fondasi untuk apresiasi jangka panjang. Bahkan peningkatan moderat dalam pembakaran harian, dipadukan dengan adopsi yang meningkat, dapat memperkuat narasi kelangkaannya.
Selain pengurangan pasokan melalui pembakaran token, para analis telah memproyeksikan target harga yang jauh lebih ambisius untuk XRP pada tahun 2035, yang melebihi apa yang disarankan oleh dinamika pasokan saja.
Misalnya, pendiri Tradeship University, Cameron Scrubs, percaya XRP bisa menjadi mata uang kripto nomor satu pada tahun 2030, bahkan berpotensi melampaui Bitcoin.
Pengamat XRP lainnya, seperti Coach JV, memiliki pandangan serupa. Secara khusus, proyeksi ini membayangkan harga XRP melampaui $300.
Sementara itu, bursa Changelly percaya XRP bisa mencapai $115 pada Desember 2034.