Semua Orang Memberi Pinjaman, Tidak Ada yang Berinvestasi: Bagaimana Inovasi Tersingkir?
Penulis: arndxt
Penerjemah: AididiaoJP, Foresight News
Pasar tidak akan memperbaiki dirinya sendiri, pemerintah kembali menjadi elemen kunci dalam fungsi produksi.
Akhirnya, hasil akhirnya bukanlah kehancuran, melainkan kemunduran yang terkontrol, sebuah sistem keuangan yang bertahan dengan likuiditas refleksif dan penopang kebijakan, bukan reinvestasi produktif.
Ekonomi Amerika Serikat sedang memasuki era kapitalisme yang dikelola:
Pertumbuhan nominal bisa diciptakan, tetapi produktivitas sejati membutuhkan pemulihan hubungan antara modal, tenaga kerja, dan inovasi.
Tanpa hal tersebut, sistem memang bisa bertahan, tetapi tidak lagi menghasilkan efek bunga majemuk.
Pasar saham pernah menjadi mesin inti kapitalisme Amerika, namun kini gagal secara sistematis menyediakan modal yang dapat diakses bagi perusahaan Amerika secara luas. Akibatnya, terjadi peralihan besar-besaran ke kredit swasta, yang kini berperan sebagai alokator modal di sebagian besar pasar menengah dan industri padat modal.

Jumlah penerbitan saham publik masih berada di dekat titik terendah dalam beberapa dekade, sementara aset yang dikelola oleh utang swasta telah melampaui 1,7 triliun dolar AS, mencerminkan fase akhir siklus finansialisasi. Perusahaan semakin memilih utang daripada ekuitas, bukan karena mereka lebih kredibel, melainkan karena struktur pasar publik telah rusak: likuiditas rendah, konsentrasi investasi pasif, serta valuasi yang menghukum model bisnis padat aset, membuat go public bukan lagi pilihan utama.

Ini menciptakan siklus insentif yang aneh: tidak ada yang ingin memiliki neraca. Model bisnis ringan aset dan berorientasi ekstraksi sewa mendominasi kerangka valuasi, sementara inovasi padat modal kekurangan dana ekuitas. Sementara itu, kredit swasta telah mengadopsi model "penangkapan aset": pemberi pinjaman selalu menang, mendapatkan spread tinggi saat sukses, dan merebut aset keras saat terjadi kesulitan.
Tren ini adalah puncak dari eksperimen super-finansialisasi selama empat puluh tahun. Ketika suku bunga secara struktural lebih rendah dari tingkat pertumbuhan, pencarian imbal hasil oleh investor tidak lagi melalui investasi produktif, melainkan melalui apresiasi aset keuangan dan ekspansi leverage.

Dampak kunci:
Dinamika "utang tanpa penggunaan produktif" ini mengikis basis industri domestik dan menciptakan ekonomi yang dioptimalkan untuk pengembalian modal, bukan pengembalian tenaga kerja.
Rezim fiskal pasca-pandemi memperburuk masalah ini. Penerbitan utang negara yang memecahkan rekor telah menyingkirkan peminjam swasta dari pasar kredit publik, mendorong modal ke dalam struktur pinjaman swasta.
Fund kredit swasta kini menetapkan harga pinjaman berdasarkan spread publik yang ditekan secara artifisial, menciptakan siklus umpan balik refleksif:
Sementara itu, sejak 2020, dukungan implisit Federal Reserve terhadap kredit korporasi telah mendistorsi nilai informasi spread itu sendiri, risiko gagal bayar tidak lagi ditentukan pasar, melainkan dikelola oleh kebijakan.
Kebangkitan investasi pasif semakin merusak penemuan harga. Aliran dana berbasis indeks mendominasi volume perdagangan saham, memusatkan kepemilikan pada segelintir perusahaan manajemen aset bernilai triliunan dolar, yang insentifnya homogen dan terikat tolok ukur.
Akibatnya:

Lebar dan vitalitas pasar telah digantikan oleh konsentrasi oligopoli dan likuiditas algoritmik, yang menyebabkan klaster volatilitas saat arus dana berbalik arah.
Homogenitas keuangan tercermin dalam ekonomi riil. Sistem kapitalisme yang sehat membutuhkan insentif yang heterogen: wirausahawan, pemberi pinjaman, dan investor mengejar tujuan dan rentang waktu yang berbeda. Sebaliknya, arsitektur pasar saat ini memampatkan pengambilan risiko ke satu dimensi: memaksimalkan hasil di bawah batasan risiko.
Secara historis, inovasi berkembang di persimpangan industri dan struktur modal yang beragam. Runtuhnya ekosistem "semua orang memberi pinjaman, tidak ada yang berinvestasi" ini mengurangi inovasi kebetulan dan pertumbuhan produktivitas jangka panjang.
Seiring struktur ini mengikis potensi pertumbuhan organik, negara kembali menjadi pelaku ekonomi utama. Dari "CHIPS Act" hingga subsidi hijau, kebijakan industri fiskal digunakan untuk menutupi kegagalan yang disebabkan oleh modal swasta.
Ini mewakili sebagian pembalikan model AS-Tiongkok: Amerika Serikat kini menggunakan kemitraan publik-swasta yang terarah untuk menambatkan kembali rantai pasokan dan menciptakan pertumbuhan nominal, sementara Tiongkok menggunakan BUMN dan manufaktur untuk menegaskan dominasi global.
Namun, pelaksanaannya masih tidak merata, dibatasi oleh politik, efisiensi sumber daya yang rendah, dan ketidakcocokan geografis (misalnya, membangun pabrik semikonduktor di Arizona yang kekurangan air). Meski begitu, pergeseran filosofisnya sangat menentukan:
Dampak empat puluh tahun finansialisasi tercermin pada kesenjangan antara kekayaan aset dan pendapatan upah. Perumahan dan saham kini menyumbang proporsi PDB yang mencapai rekor, sementara upah riil tetap stagnan.
Jika kesempatan tidak didistribusikan ulang, bukan melalui transfer pembayaran, tetapi melalui kepemilikan, stabilitas politik akan terkikis. Dari tarif hingga nasionalisme industri, bangkitnya gerakan populis dan proteksionis adalah gejala dari hak ekonomi yang dirampas. Amerika Serikat tidak kebal, bahkan memimpin eksperimen ini.
Berbeda dengan "Minsky Moment" tunggal, sistem ini berarti erosi bertahap: penurunan tingkat pengembalian riil, perlahan-lahan menurunnya kepemilikan saham, serta pengelolaan volatilitas sesekali melalui intervensi kebijakan.

Tema utama yang perlu diperhatikan: