Demam perdagangan kripto di Korea Selatan mereda, ke mana aliran dana bergerak?

Penulis: Liam, ShenChao TechFlow

Judul asli: Cerita Horor, Bahkan Orang Korea Sudah Jarang Trading Crypto

Jika harus memilih siapa orang yang paling suka trading crypto di dunia, orang Korea pasti masuk daftar.

Korea, selalu menjadi salah satu negara paling fanatik terhadap cryptocurrency di dunia, bahkan pasar sampai menciptakan istilah: "Kimchi Premium", di mana trader Korea membeli Bitcoin dengan harga 10% lebih mahal dari harga global.

Tapi memasuki tahun 2025, arah angin berubah.

Volume perdagangan di platform crypto terbesar Korea, Upbit, turun 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan aktivitas pasangan perdagangan Bitcoin-KRW jauh lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya; sebaliknya, pasar saham Korea sedang panas, indeks KOSPI naik lebih dari 70% tahun ini, terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Di Kakao Talk, forum Naver, para investor ritel yang dulu setiap hari membahas altcoin, kini semua membicarakan "saham konsep AI semikonduktor".

Cerita horor di dunia crypto datang, bahkan orang Korea sudah jarang trading crypto.

Volume Perdagangan Turun Drastis, Orang Korea Tidak Lagi Trading Crypto

Dalam beberapa tahun terakhir, Korea selalu menjadi medan pertempuran penting di pasar crypto global.

Bagi bursa dan proyek, di sini ada pelanggan berkualitas dengan kekayaan tinggi, lebih jelasnya, orang Korea sering menjadi "penerima terakhir" altcoin.

Di media dan film, banyak cerita tentang orang Korea yang trading crypto semalaman, kaya mendadak lalu bangkrut.

Jadi, ketika ada yang bilang, investor ritel di "negara crypto" ini sekarang sudah jarang trading crypto, mungkin kamu akan merasa aneh.

Tapi data tidak berbohong.

Volume perdagangan di bursa terbesar Korea, Upbit, anjlok drastis.

Pada November 2025, volume perdagangan harian Upbit hanya 1.78 miliar dolar AS, dibandingkan Desember 2024 yang mencapai 9 miliar dolar AS, turun 80%, dan sudah turun selama empat bulan berturut-turut.

Puncak sejarah Upbit terjadi pada 3 Desember 2024, malam diberlakukannya darurat militer di Korea, volume perdagangan hari itu mencapai 27.45 miliar dolar AS, sepuluh kali lipat dari biasanya.

Tapi kegilaan malam itu menjadi puncak, setelah itu pasar dengan cepat mendingin, volume perdagangan anjlok drastis.

Yang lebih penting, volatilitas volume perdagangan juga menurun signifikan.

Pada masa euforia akhir 2024, volume perdagangan harian sering berfluktuasi tajam antara 5 hingga 27 miliar dolar AS; namun memasuki 2025, sebagian besar waktu volume perdagangan stabil di kisaran 2 hingga 4 miliar dolar AS, dengan fluktuasi yang jauh lebih kecil.

Nasib bursa terbesar kedua Korea, Bithumb, juga serupa.

Pada akhir 2024 (Desember), volume perdagangan harian Bithumb sekitar 2.45 miliar dolar AS, pada November 2025, hanya tersisa sekitar 890 juta dolar AS, turun sekitar 69%, kehilangan hampir dua pertiga likuiditas.

Dua bursa lokal terbesar Korea (Upbit dan Bithumb) sama-sama mengalami "penurunan volume" dalam periode yang sama, ini bukan hanya berarti perdagangan yang mendingin, tapi juga penurunan sentimen investor ritel Korea secara menyeluruh.

Data pencarian menguatkan hal ini, dalam tren pencarian Google di Korea, indeks pencarian Bitcoin terbaru adalah 44, turun 66% dari puncaknya di akhir 2024 yang mencapai 100.

Saham Korea Menggila

Lalu, ke mana uang orang Korea pergi? Jawabannya: pasar saham.

Tahun ini, pasar saham Korea bisa dibilang reinkarnasi bull market Bitcoin 2017, benar-benar gila.

Indeks acuan KOSPI Korea pada Oktober lalu, 17 kali mencetak rekor tertinggi intraday, menembus level 4.200 poin, hanya di bulan Oktober, naik hampir 21%, rekor bulanan terbaik sejak 2001.

Sejak awal tahun, indeks KOSPI melonjak lebih dari 72%, memimpin semua kelas aset utama.

Pada Oktober, rata-rata nilai transaksi harian KOSPI mencapai 16.6 triliun won Korea (sekitar 11.5 miliar dolar AS), transaksi harian tertinggi 18.9 triliun won, naik 44% dibandingkan September, aplikasi broker sempat mengalami lag.

Itu baru indeks, saham individu lebih gila lagi.

Saham Samsung Electronics naik 100% sejak awal tahun; pemimpin memori SK Hynix naik 70% pada kuartal ini, melonjak 240% sejak awal tahun, dua perusahaan ini rata-rata bertransaksi 4.59 triliun won per hari, menyumbang 28% dari total pasar.

Panasnya pasar membuat bursa pun tak tahan, bursa Korea pada Senin malam mengumumkan peringatan "investasi hati-hati" untuk saham SK Hynix karena kenaikan harga yang terlalu cepat, yang membuat harga saham SK Hynix anjlok pada Selasa.

AI Menjadi "Keyakinan Nasional"

Dulu, pasar saham Korea seperti air mati, belasan tahun hampir tidak naik, media lokal Korea sering pesimis, mengatakan "pasar saham Korea tidak punya harapan", sehingga banyak investor Korea beralih ke crypto atau saham AS, kenapa tahun 2025 pasar saham Korea bisa berbalik arah?

Kenaikan tajam pasar saham Korea kali ini, terlihat seperti "investor ritel menggila", tapi logika di baliknya sangat jelas:

Gelombang AI global + dorongan kebijakan + arus balik dana domestik.

Semua orang tahu, pemicu utama bull market kali ini adalah AI.

ChatGPT menyalakan musim kedua gelembung teknologi global, dan Korea kebetulan berada di posisi "gudang amunisi" rantai industri ini.

Korea adalah pemimpin global chip memori, SK Hynix dan Samsung Electronics hampir memonopoli pasar high bandwidth memory (HBM), dan HBM adalah bahan paling penting untuk melatih model AI besar.

Ini berarti, setiap kali pengiriman GPU Nvidia atau AMD meningkat, kurva laba perusahaan Korea juga naik tajam.

Akhir Oktober, SK Hynix merilis laporan keuangan, pendapatan kuartal ketiga 17.1 miliar dolar AS, laba operasi 8 miliar dolar AS, naik 62% YoY, keduanya rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Yang lebih penting, SK Hynix sudah mengamankan permintaan pelanggan untuk semua kapasitas DRAM dan NAND hingga 2026, pasokan tidak cukup untuk memenuhi permintaan.

Lalu orang Korea menyadari:

AI adalah narasi Amerika, tapi uangnya dinikmati Korea.

Jika Nvidia adalah jiwa pasar saham AS, investor ritel Korea menemukan keyakinan mereka di SK Hynix.

Dari crypto ke saham, mereka tetap mengejar "mimpi 10x lipat", tapi membeli Samsung atau SK, mereka juga bisa menyebut diri "patriot".

Selain itu, jangan abaikan satu latar belakang penting: pemerintah Korea sedang berusaha keras menyelamatkan pasar saham.

Selama ini, saham Korea mengalami apa yang disebut "Korea Discount".

Monopoli konglomerat keluarga, tata kelola perusahaan yang kacau, imbal hasil pemegang saham rendah... menyebabkan perusahaan Korea umumnya undervalued, bahkan Samsung Electronics juga lama dihargai di bawah perusahaan sejenis global, setelah SK Hynix naik 240% pun rasio PE hanya 14.

Pemerintahan Yoon Suk-yeol meluncurkan rencana reformasi yang disebut "revolusi nilai pemegang saham versi Korea":

Mendorong perusahaan meningkatkan dividen, buyback saham;

Menindak kepemilikan silang konglomerat;

Menurunkan pajak capital gain, mendorong dana pensiun dan investor ritel meningkatkan alokasi domestik.

Reformasi ini disebut media sebagai "aksi nasional untuk menghilangkan diskon Korea".

Akibatnya, dana asing mulai kembali, institusi lokal dan investor ritel pun ramai-ramai "pulang kampung beli saham".

Tentu saja, ada kenyataan lain: uang tidak punya tempat lain untuk pergi.

Pasar properti Korea mendingin karena suku bunga tinggi, valuasi saham AS terlalu tinggi, sedangkan di crypto hanya bisa jadi "penerima terakhir".

Investor butuh meja judi baru, dan pasar saham kebetulan menyediakan tempat judi yang legal.

Data Bank Korea menunjukkan, semester pertama tahun ini investor ritel lokal membuka lebih dari 5 juta akun sekuritas baru, unduhan aplikasi broker melonjak.

Arus dana ke KOSPI kali ini lebih cepat dari gelombang investor ritel masuk crypto pada 2021.

Pada saat yang sama, dana pensiun dan asuransi Korea juga menambah kepemilikan saham teknologi lokal.

Dari negara, institusi, hingga investor ritel, semua masuk ke pasar saham, kamu bahkan bisa bilang, ini adalah "bull market nasional".

Spekulasi Tak Pernah Tidur

Berbeda dengan crypto yang mengandalkan "sentimen" untuk menggerakkan harga, bull market saham Korea kali ini setidaknya didukung oleh kinerja.

Pada akhirnya harus diakui satu hal:

Bull market saham ini, pada dasarnya tetap merupakan "resonansi emosi" nasional.

Orang Korea tidak berubah, hanya pindah meja judi, mereka tidak hanya pandai berjudi, tapi juga suka leverage.

Menurut Bloomberg, investor ritel Korea secara signifikan meningkatkan leverage, saldo pinjaman margin berlipat ganda dalam 5 tahun, mereka banyak masuk ke ETF leverage tinggi dan ETF inverse.

Menurut data Gelonghui, pada 2025, dana leverage investor ritel Korea menyumbang 28.7% dari total posisi, naik 9% dari tahun lalu; kepemilikan produk leverage 3x naik dari 5.1% menjadi 12.8%, tingkat penggunaan leverage di kalangan usia 25-35 tahun mencapai 41.2%.

Investor ritel kali ini, memang punya "gen all-in".

Namun, ketika investor ritel Korea berbondong-bondong ke pasar saham, maka muncul pertanyaan:

"Kalau orang Korea sudah tidak trading crypto, siapa yang akan jadi penerima terakhir altcoin?"

Beberapa tahun terakhir, pasar Korea sering menjadi "penerima terakhir" altcoin.

Dari Dogecoin ke PEPE, dari LUNA ke XRP, hampir setiap bull market gila selalu ada investor ritel Korea.

Mereka adalah "indikator sentimen akhir" pasar crypto global, selama Korea masih membeli, gelembung belum mencapai puncak.

Tapi sekarang, volume perdagangan Upbit dan Bithumb anjlok, dunia crypto kehilangan penganut terakhirnya, juga kehilangan bahan bakar terbesarnya.

Altcoin, tidak ada yang mau jadi penerima terakhir.

Mungkin, harus menunggu sampai euforia pasar saham AI global ini mereda, atau dunia crypto bisa kembali menceritakan kisah yang cukup menarik.

Saat itu, para penjudi yang tertidur akan dibangunkan lagi, kembali ke blockchain untuk bertaruh lagi.

Bagaimanapun, para penjudi tetap ada, hanya pindah kasino saja.