Setelah mempengaruhi politik Amerika, Elon Musk kini menargetkan Uni Eropa. Di tengah denda rekor, pernyataan yang memanas, dan dukungan dari Washington, sang miliarder mengubah regulasi teknologi menjadi konflik transatlantik.
Setelah memainkan peran penting dalam pemilihan Donald Trump, Elon Musk kini tak lagi menyembunyikan ambisinya di Eropa. Namun, sebuah peristiwa besar baru saja memicu kembali ketegangan lama. Uni Eropa menjatuhkan denda sebesar $140 juta kepada X karena melanggar aturan digital Eropa. Keputusan ini memicu reaksi keras dari Musk, yang menyebut Uni Eropa sebagai monster birokrasi dan menyerukan pembubarannya! Kata-kata ini terdengar seperti deklarasi perang.
Serangan-serangan ini terjadi dalam konteks ketegangan teknologi yang lebih luas antara Amerika Serikat dan Eropa. Washington, melalui Donald Trump dan pemerintahannya, langsung mendukung Elon Musk, mengecam serangan terhadap platform teknologi Amerika.
Bagi sang miliarder, denda $140 juta kepada X oleh Uni Eropa melambangkan campur tangan yang tidak dapat diterima terhadap kebebasan berekspresi, sebuah perjuangan yang telah ia jalani selama bertahun-tahun. Namun di balik posisi ini terdapat pertarungan ideologis: antara internet tanpa batas melawan regulasi protektif yang dianggap mengekang.
Menghadapi provokasi Elon Musk dan tekanan dari Washington, Uni Eropa tidak mundur. Brussel menegaskan kembali tekadnya untuk mengatur raksasa digital, terlepas dari dukungan yang mereka terima. Digital Services Act (DSA) dan Digital Markets Act (DMA) adalah alat hukum utama dari strategi ini, yang dirancang untuk membatasi pengaruh platform seperti X, Meta, atau Google.
Bagi Komisi Eropa, pernyataan paling liar sekalipun adalah bagian dari kebebasan berekspresi, tetapi aturan tetap tidak dapat dinegosiasikan. Ketegasan ini kontras dengan posisi Amerika, di mana pemerintahan Trump melakukan berbagai upaya untuk mendukung Big Tech, seperti sentralisasi regulasi AI. Uni Eropa pun menampilkan diri sebagai benteng terakhir melawan kapitalisme digital yang tak terkendali, meski harus berhadapan langsung dengan Amerika Serikat.
Elon Musk menguasai seni pengalihan isu. Saat ia secara terbuka menantang Uni Eropa terkait regulasi media sosial, ia tidak melupakan alat pengaruh lainnya, dimulai dari cryptocurrency, di mana Dogecoin menjadi contoh sempurna. Hanya dengan beberapa tweet, Musk sudah mampu membuat harganya melonjak atau anjlok, membuktikan kekuasaannya atas pasar. Dalam konteks di mana Uni Eropa memperkuat kerangka regulasi kriptonya dengan MiCA, Dogecoin bisa menjadi alat tekanan tidak langsung.
Elon Musk, dengan memanipulasi harga atau mempromosikannya, akan menguji batas regulasi Eropa. Strategi yang berisiko, namun konsisten dengan pendekatannya: menantang institusi dengan segala cara yang ia miliki, termasuk yang paling tak terduga. Jika Musk menggunakan kripto untuk menghindari aturan, seberapa jauh Uni Eropa akan bertindak untuk menghentikannya?
Elon Musk telah mengubah konflik regulasi menjadi perang ideologi. Antara kebebasan total dan perlindungan warga, perdebatan kini melampaui batas teknologi dan memasuki dunia kripto. Satu hal yang pasti: pertempuran ini baru saja dimulai. Dan Anda, di pihak mana Anda berdiri?