Harga Bitcoin Rontok Pasca ATH, Jatuh ke US$94.000
Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, terus menunjukkan penurunan besar-besaran di bawah level US$95.000 hanya dua hari setelah menyentuh rekor tertingginya di US$108.000 pada 18 Desember 2024.
Menurut data CoinMarketCap pada Jumat (20/12) sore, harga Bitcoin telah jatuh dari kisaran US$101.830 menuju US$94.350 hanya dalam sehari, menunjukkan penurunan hingga 7% dengan volume perdagangan US$105,2 miliar.

Penurunan Bitcoin ini terjadi hanya dalam dua hari, setelah aset kripto tersebut menyentuh US$108.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah pada 18 Desember 2024, dengan kapitalisasi pasar mencapai rekor terbarunya di US$2,07 triliun. Kini, nilai pasar dari Bitcoin sendiri telah turun di US$1,86 triliun.
Tak hanya Bitcoin, aset kripto besar lainnya juga mencatat penurunan tajam. Ether (ETH) merosot hingga US$3.200, mencatat penurunan sebesar 13%, sementara XRP dan Solana (SOL) masing-masing turun 12% dan 14%.
Baca juga: The Fed Turunkan Suku Bunga, Pasar Kripto Ikut Terdampak
Likuidasi Kripto Menyentuh Rp19,8 Triliun
Penurunan ini memicu likuidasi besar-besaran di pasar derivatif kripto, dengan total hampir 373 ribu trader terlikuidasi. Posisi long—yang merupakan prediksi kenaikan harga—mengalami kerugian terbesar, dengan likuidasi mencapai US$1,06 miliar atau setara Rp17,2 triliun. Total likuidasi keseluruhan tercatat US$1,22 miliar atau sekitar Rp19,8 triliun.
Posisi pada Bitcoin dan Ethereum mencatatkan likuidasi terbesar, masing-masing mencapai US$278,3 juta dan US$275,3 juta, menurut data CoinGlass .

Penurunan tajam ini bermula dari langkah Federal Reserve AS yang menurunkan suku bunga sebanyak 0,25% pada Rabu (18/12/2024). Meskipun langkah ini telah diperkirakan sebelumnya, pasar merespons buruk setelah The Fed mengungkapkan proyeksi penurunan suku bunga yang lebih terbatas pada 2025.
Sebanyak 19 pembuat kebijakan The Fed mengumumkan bahwa proyeksi penurunan suku bunga sebanyak seperempat poin pada 2025 hanya akan dilakukan dua kali . Jumlah ini turun drastis dari estimasi yang mereka ungkapkan pada September lalu, yaitu empat kali.
Sentimen negatif diperburuk oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan bahwa bank sentral tidak memiliki rencana untuk menyimpan Bitcoin dalam neraca keuangannya. Powell merujuk pada adanya larangan hukum yang tercantum dalam Federal Reserve Act, sebuah undang-undang yang mengatur kewenangan The Fed.
Baca juga: Jerome Powell: The Fed Tak Diizinkan Menyimpan Bitcoin
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Dua remaja 16 tahun asal Florida menghadapi 22 dakwaan kejahatan setelah penculikan dan pencurian kripto senilai $4 juta
Dua remaja menghadapi dakwaan kejahatan dewasa setelah diduga menculik seorang pria dengan todongan senjata di Las Vegas dan mencuri $4 juta dalam bentuk cryptocurrency dan NFT, menurut laporan media lokal. Seorang remaja ketiga, yang juga menghadapi dakwaan, diyakini tidak lagi berada di negara tersebut. Salah satu remaja tersebut telah menyewa pengacara pembela terkenal, menurut catatan.

Goldman Sachs meningkatkan kepemilikan IBIT sebesar 28% saat ETF bitcoin BlackRock mencatat arus masuk terpanjang tahun 2025
Goldman Sachs kini menjadi pemegang saham terbesar IBIT, ETF bitcoin spot milik BlackRock, setelah meningkatkan kepemilikannya sebesar 28% selama kuartal pertama tahun 2025. Rentetan 20 hari aliran masuk bersih IBIT adalah yang terpanjang untuk ETF bitcoin spot mana pun di tahun 2025, menarik lebih dari $5 miliar selama periode tersebut.

CTO Ripple Mempertahankan Teknologi Canggih XRP Ledger untuk Penggunaan Arus Utama

Komunitas Cardano Mendukung Strategi “Kemajuan Lebih Cepat” Baru Hoskinson

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








