Pasar cryptocurrency telah lama mengandalkan data on-chain untuk menguraikan keterkaitan antara aksi harga dan fundamental jaringan. Untuk Chainlink (LINK), sebuah proyek yang menjadi pusat infrastruktur oracle terdesentralisasi, dinamika ini sangatlah instruktif. Per Agustus 2025, LINK telah melonjak lebih dari 70% sejak awal tahun, didorong oleh adopsi institusional dan kemitraan data makroekonomi, namun metrik on-chain menunjukkan keseimbangan rapuh antara momentum bullish dan tekanan ambil untung yang mengintai.
Harga Chainlink telah menembus $25 pada Agustus 2025, didorong oleh reli bulanan sebesar 38% dan akuisisi whale sebanyak 663.580 token senilai $16,85 juta [4]. Namun, pembelian terbaru Chainlink Reserve sebanyak 41.000 token dan integrasi Chainlink Data Feeds oleh U.S. Department of Commerce untuk metrik GDP dan PCE [1] menutupi ketegangan yang lebih dalam dalam aktivitas on-chain.
Indikator Chaikin Money Flow (CMF), alat ukur tekanan beli, berubah negatif pada 29 Agustus 2025, menandakan partisipasi institusional dan ritel yang mulai melemah [4]. Secara bersamaan, rasio profit—persentase suplai beredar yang sedang untung—berada di kisaran 87,4%, mendekati puncak Juli sebesar 97,5%, level yang secara historis diikuti oleh koreksi [2]. Sebagai konteks, rasio profit serupa pada Juli 2025 menyebabkan penurunan harga sebesar 19% dari $19,23 ke $15,65 [2]. Ini menunjukkan bahwa meskipun fundamental LINK tetap kokoh, kelelahan teknikal mulai menumpuk.
Network Value to Transactions (NVT) ratio, metrik yang membandingkan kapitalisasi pasar dengan volume transaksi, menawarkan wawasan lebih lanjut. Per Agustus 2025, NVT Chainlink telah kembali ke level yang diamati pada November 2024, periode yang mendahului lonjakan harga 185% dari $10,56 ke $29,26 [3]. Ini menunjukkan token mungkin sedang undervalued dibandingkan utilitasnya, pola yang secara historis terkait dengan momentum naik yang kuat. Namun, trajektori NVT saat ini harus dikontekstualisasikan: divergensi bearish terjadi ketika harga naik sementara NVT gagal mengikuti, menandakan adopsi utilitas yang lemah [3]. Untuk saat ini, NVT Signal (NVTS) sejalan dengan pola bullish historis, namun ini bisa berubah jika volume transaksi stagnan.
Kemitraan Chainlink dengan U.S. Department of Commerce menegaskan peranannya yang semakin luas di luar DeFi, namun kondisi pasar yang lebih luas tetap berhati-hati. Dominasi Bitcoin telah naik ke 57,42%, mencerminkan pelarian ke aset aman di tengah kinerja buruk altcoin [3]. Konteks ini memperumit prospek Chainlink: meskipun minat institusional terhadap infrastruktur oracle-nya tumbuh, sentimen risk-off di pasar crypto yang lebih luas dapat memperbesar volatilitas penurunan.
Data on-chain mengungkapkan sinyal campuran. Lebih dari 2,07 juta token LINK ditarik dari bursa dalam 48 jam, menandakan pergeseran ke penyimpanan jangka panjang [4]. Namun, pola ascending broadening wedge pada grafik harian—struktur yang sering dikaitkan dengan momentum naik yang melemah—menunjukkan potensi breakdown di bawah $22,84 dapat memicu uji ulang ke $21,36 [2]. Namun, breakout berkelanjutan di atas $27,88 akan memvalidasi tren bullish tahunan dan menargetkan resistance $30–$34 [4].
Metrik on-chain Chainlink menggambarkan gambaran yang bernuansa. Rasio NVT dan akumulasi whale mengisyaratkan undervaluasi dan kepercayaan institusional, sementara CMF yang melemah dan rasio profit yang tinggi menandakan risiko koreksi jangka pendek. Investor harus mempertimbangkan faktor-faktor ini terhadap lingkungan risk-off pasar yang lebih luas. Jika pola NVT dari 2024 terulang, LINK bisa menguji ulang $29,26 [3]. Namun, breakdown di bawah $22,84 akan membuka kerentanan yang lebih dalam, terutama jika dominasi Bitcoin terus meningkat.
Pada akhirnya, perjalanan Chainlink akan bergantung pada apakah utilitasnya yang berkembang di sektor pemerintah dan perusahaan dapat mengimbangi rapuhnya momentum on-chain. Untuk saat ini, data menunjukkan aksi penyeimbangan berisiko tinggi—yang menuntut perhatian ketat pada sinyal teknikal dan fundamental.