Siklus pasca-halving Bitcoin, yang kini sedang berlangsung, secara historis menunjukkan aksi harga yang serupa seiring waktu. Namun, siklus ini mungkin sedang mengalami perubahan. Minat institusional terhadap BTC telah memengaruhi iklim ekonomi untuk cryptocurrency, seperti yang akan kita bahas di bawah ini.
Bitcoin (BTC) diperdagangkan di kisaran $114.600 pada saat penulisan, tetap stabil setelah beberapa sesi yang volatil. Cryptocurrency terbesar di dunia ini masih naik sekitar 43% sejak halving 2024, jauh di bawah rata-rata historis yang biasanya mencatat lonjakan lebih dari 200% pada periode yang sama.
Volume perdagangan telah menurun, dan antusiasme ritel tampak lebih redup dibandingkan siklus sebelumnya. Namun, jaringan dasar tetap kuat: hash rate terus meningkat, pendapatan penambang mulai stabil, dan arus masuk institusional melalui ETF spot memberikan basis permintaan yang stabil.
Kombinasi momentum ritel yang melambat dan kehadiran institusional yang lebih kuat membuat banyak orang bertanya-tanya apakah siklus 2024–2025 menandai akhir dari ritme empat tahunan tradisional Bitcoin.
Para optimis berpendapat bahwa meskipun siklus kali ini mungkin lebih lambat, pada akhirnya bisa terbukti lebih berkelanjutan. Arus masuk ETF, adopsi oleh negara, dan eksposur neraca perusahaan semuanya membentuk ulang struktur pasar Bitcoin. Jika kondisi likuiditas membaik dan bank sentral terus melonggarkan kebijakan, BTC dapat membangun basisnya menuju $130.000–$150.000 dalam beberapa bulan ke depan.
Pembelian institusional juga telah mengubah dinamika pasca-halving. Jika sebelumnya spekulasi ritel mendorong pergerakan parabola, kini arus masuk yang konsisten dari dana dan ETF mendukung struktur harga yang lebih stabil dan tangguh. Ini menunjukkan bahwa kenaikan berikutnya bisa terjadi melalui akumulasi, bukan hype.
Kondisi makro tetap menjadi kunci, imbal hasil yang menurun, inflasi yang stabil, dan dolar yang melemah semuanya akan menjadi angin segar bagi Bitcoin menuju 2026.
Namun, tidak semua orang yakin bahwa siklus ini sekadar “berkembang.” Beberapa analis memperingatkan bahwa performa pasca-halving yang redup mungkin menandakan kekuatan struktural yang memudar. Kenaikan Bitcoin sejak April 2024 adalah yang terlemah dari semua periode pasca-halving yang pernah tercatat.
Jika kondisi makro mengetat akibat inflasi yang kembali naik, suku bunga yang lebih tinggi, atau tekanan likuiditas, aset berisiko bisa mengalami penurunan, dan Bitcoin mungkin kembali ke zona $100.000–$95.000. Penurunan di bawah kisaran tersebut kemungkinan akan memicu koreksi lebih dalam, berpotensi menuju $80.000, seiring posisi long dengan leverage dilikuidasi.
Para skeptis juga menyoroti bahwa akumulasi institusional bisa berdampak dua arah: ketika permintaan ETF melambat, koreksi harga bisa semakin cepat, memperbesar pergerakan ke bawah.
Rentang jangka pendek Bitcoin berada di antara $100.000 dan $130.000, dengan kedua sisi diperebutkan dengan ketat. Pergerakan berkelanjutan di atas $130.000 dapat membuka jalan menuju $150.000+, mengonfirmasi fase baru pasar bullish. Sebaliknya, penurunan di bawah $100.000 kemungkinan akan membawa volatilitas baru dan sentimen risk-off yang lebih luas.
Secara keseluruhan, prediksi harga Bitcoin ini mencerminkan siklus yang sedang mengalami transisi. Dampak tradisional halving telah berkurang oleh permintaan ETF, likuiditas makro, dan posisi institusional. Apakah ini menandai perubahan permanen atau jeda sementara dalam ritme boom-bust Bitcoin tetap menjadi pertanyaan utama, namun satu hal yang jelas: aturan lama dari buku pedoman halving tidak lagi berlaku.