Pasar kripto telah memasuki salah satu minggu paling bergejolak di tahun 2025, dengan lebih dari $19 miliar lenyap dalam satu hari akibat guncangan geopolitik dan regulasi yang bertabrakan. Konflik dagang yang kembali memanas antara AS dan China, peringatan baru dari Financial Stability Board (FSB) G20, serta perkembangan terbaru di sektor perbankan dan blockchain telah menciptakan badai sempurna bagi aset digital. Bitcoin (BTC) sempat anjlok di bawah $111.000, sementara para investor berebut strategi perlindungan di tengah ketidakpastian global yang meningkat.
FSB mengeluarkan peringatan tegas yang menyoroti “kesenjangan signifikan” dalam regulasi kripto di berbagai ekonomi utama. Laporannya mencatat bahwa kerangka kerja yang tidak konsisten dan penegakan hukum yang terfragmentasi dapat memungkinkan pelaku buruk memanfaatkan celah di berbagai yurisdiksi. Dewan mendesak adanya kerja sama lintas negara yang lebih besar untuk menutup kesenjangan ini sebelum risiko sistemik meningkat lebih jauh, terutama seiring pertumbuhan aset tokenisasi, stablecoin, dan protokol DeFi yang terus berkembang tanpa pengawasan.
Penurunan tajam pasar terjadi setelah Presiden Trump mengumumkan tarif 100% atas impor teknologi dari China. Beijing membalas dengan langkah-langkah retaliasi, membangkitkan kembali ketakutan akan perang dagang skala penuh.
Pertikaian geopolitik ini mengguncang seluruh aset berisiko, dan kripto tidak terkecuali. Bitcoin, Ethereum, dan Solana semuanya mengalami kerugian dua digit dalam satu hari, sementara trader leverage menghadapi likuidasi terbesar sejak 2022. Analis memperingatkan bahwa ketegangan berkepanjangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini dapat melemahkan likuiditas global dan memicu volatilitas lebih lanjut di pasar digital.
Berlawanan dengan gejolak tersebut, sebuah tonggak sejarah muncul dari sektor keuangan AS: Erebor Bank - yang didirikan bersama oleh Palmer Luckey, visioner di balik Oculus - menerima persetujuan awal dari Office of the Comptroller of the Currency (OCC).
Ini menandai salah satu langkah besar pertama menuju institusi keuangan yang sepenuhnya patuh dan terintegrasi dengan kripto di Amerika Serikat. Bank ini akan menjembatani keuangan tradisional dengan aset digital, menunggu persetujuan akhir dari FDIC, sebuah perkembangan yang dianggap banyak pihak sebagai titik balik bagi kebijakan perbankan kripto di AS.
Di seberang Atlantik, Financial Conduct Authority (FCA) UK mengusulkan regulasi terobosan untuk memungkinkan tokenisasi dana investasi.
Langkah ini bertujuan mendigitalkan industri dana, mengurangi waktu penyelesaian, dan meningkatkan transparansi melalui blockchain. Para pemimpin industri melihatnya sebagai upaya strategis London untuk menegaskan kembali posisinya sebagai pusat keuangan global di era pasca-Brexit, menyaingi Singapura dan Dubai dalam perlombaan inovasi Web3.
Sementara itu, konsorsium bank G7 - termasuk Goldman Sachs, Deutsche Bank, UBS, dan Citi - dilaporkan tengah mengeksplorasi penerbitan stablecoin yang dipatok pada mata uang fiat utama.
Mata uang digital yang didukung bank ini akan menjadi alternatif yang diatur terhadap stablecoin yang ada seperti USDT dan USDC, berpotensi menawarkan jembatan yang lebih aman antara transaksi fiat dan kripto sekaligus memenuhi standar kepatuhan bank sentral. Jika disetujui, inisiatif ini dapat mentransformasi pembayaran lintas negara dan mendefinisikan ulang bagaimana keuangan institusional berinteraksi dengan blockchain.
Meskipun aksi jual panik mendominasi beberapa hari terakhir, beberapa analis percaya koreksi ini memang sudah waktunya terjadi setelah berbulan-bulan reli leverage. Data on-chain menunjukkan pemegang besar (“whales”) kembali mengakumulasi BTC dan ETH di level diskon, mengisyaratkan kemungkinan fase stabilisasi.
Namun, kombinasi ketidakpastian geopolitik, pengetatan regulasi, dan perlambatan makro berarti investor kripto harus bersiap menghadapi volatilitas berkelanjutan hingga kuartal keempat 2025.
Terlepas dari kekacauan, berita utama terbaru menandakan pergeseran menuju kedewasaan di sektor kripto. Pemerintah global mendorong aturan yang lebih jelas, bank-bank bereksperimen dengan mata uang digital yang diatur, dan visioner seperti Palmer Luckey membangun jembatan antara keuangan lama dan baru.
Namun, saat AS dan China kembali berseteru dalam pertarungan ekonomi, jalan ke depan bagi kripto tetap tidak pasti – dan tetap sangat strategis – seperti sebelumnya.