Nvidia melaporkan pendapatan kuartal kedua yang lebih kuat dari perkiraan, dengan laba per saham yang disesuaikan sebesar $1,05 dan pendapatan sebesar $46,743 miliar, keduanya melampaui prediksi analis [1]. Hasil ini didorong oleh kinerja yang kuat di berbagai segmen utama, dengan pendapatan pusat data mencapai $41,1 miliar, sedikit di bawah perkiraan analis sebesar $41,2 miliar [2]. Produsen chip ini juga mengumumkan pembelian kembali saham tambahan senilai $60 miliar, menandakan kepercayaan berkelanjutan terhadap posisi keuangannya meskipun menghadapi hambatan regulasi dan geopolitik yang sedang berlangsung [1]. Meskipun pendapatan positif, saham turun lebih dari 4% dalam perdagangan setelah jam kerja, reaksi yang dikaitkan dengan panduan kinerja masa depan yang beragam [2].
Perkiraan pendapatan perusahaan untuk kuartal ketiga sebesar $54 miliar plus atau minus 2% sedikit di atas estimasi konsensus sebesar $53,4 miliar, namun masih di bawah beberapa ekspektasi tertinggi [2]. Secara khusus, perkiraan tersebut tidak memasukkan penjualan chip H20 ke China, keputusan yang dilaporkan dipengaruhi oleh dorongan Beijing agar perusahaan menghindari produk tersebut [1]. Nvidia mengonfirmasi bahwa tidak ada penjualan H20 yang terjadi pada kuartal kedua dan tidak ada yang diharapkan akan dimasukkan dalam proyeksi mendatang [1]. Hal ini sejalan dengan pembatasan ekspor AS-Tiongkok yang lebih luas, yang terus menjadi tantangan bagi raksasa semikonduktor ini [1].
Pendapatan gaming untuk kuartal ini mencapai $4,3 miliar, melampaui ekspektasi analis [2]. Namun, pendapatan komputasi pusat data turun 1% secara berurutan, terutama karena penurunan penjualan H20 sebesar $4 miliar [2]. Sekitar 50% dari pendapatan pusat data Nvidia berasal dari penyedia layanan cloud besar, menyoroti pentingnya klien perusahaan bagi model bisnisnya [2]. Margin kotor perusahaan untuk kuartal ini mencapai 72,4%, angka yang kuat yang menegaskan profitabilitas penawaran kelas atas mereka [1].
Kinerja Nvidia juga terjadi di tengah perubahan kebijakan AS di bawah Presiden terpilih Donald Trump, yang telah membalikkan dan memberlakukan kembali pembatasan penjualan chip ke China. Pemerintahan Trump awalnya melarang penjualan pada bulan April namun membalikkan larangan tersebut pada bulan Juli, menambahkan biaya 15% pada transaksi semacam itu [2]. Selain itu, Trump mengumumkan tarif 100% pada pengiriman semikonduktor ke AS, dengan Nvidia dilaporkan dikecualikan karena komitmen manufaktur domestiknya [2]. Pergeseran kebijakan ini menimbulkan ketidakpastian bagi operasi internasional perusahaan namun memberikan kejelasan dalam jangka pendek.
Laporan pendapatan ini juga memicu minat di pasar cryptocurrency dan altcoin, dengan analis menyarankan bahwa kinerja Nvidia dapat memengaruhi permintaan untuk operasi penambangan berbasis GPU [3]. Dominasi perusahaan dalam teknologi AI dan semikonduktor terus menempatkannya sebagai pemain kunci di teknologi tradisional maupun yang sedang berkembang. Dengan harga saham yang naik lebih dari 35% sejak awal tahun dan kapitalisasi pasar baru-baru ini melampaui $4 triliun, Nvidia tetap menjadi titik fokus bagi investor yang mengikuti persimpangan AI dan pasar keuangan [2].